Minggu, 17 Maret 2019

Ki Slamet 42 : "HIKAYAT PANJI SEMIRANG 4" Pupuh 31-50

Blog Sita : "Sastra Nusantara"
Minggu, 17 Maret 2019 - 16:35 WIB

PANJI SEMIRANG 4 PUPUH 31-50 (FOTO: SP)

“HIKAYAT PANJI SEMIRANG 4”
( Pupuh: 31 – 50 )

Pelet Guna–Guna Selir Muda

(31)
“Saat ini juga akan aku cabut nyawa selir mudaku
Paduka Liku yang telah membunuh permaisuriku
Pastilah akan aku penggallah batang lehernya itu
Dan akan kupotong tiga badanya baru puas aku!”

(32)
Demikianlah sumpah serapah Baginda Raja Daha
Yang langsung terus masuk ke dalam puri istana
Tempat Paduka Liku selir muda Sri Baginda Raja
Yang bersifat culas, iri dan pendengki yang tega

(33)
Meracuni Puspa Ningrat sang permaisuri utama
Cumalah karena merasa iri  hatinya dibeda-beda
Kasih sayang antara Galuh Ajeng putri selir muda
Dan Putri permaisuri utama Galuh Candra Kirana

(35)
Sementara Paduka Liku yang telah dengar warta
Puspa Ningrat telah tewas merasa amatlah suka:
“Syukurlah, mampus kau Puspa Ningrat celaka!”
Demikian umpat Paduka Liku dengan girangnya

(36)
Namun ketika dengar Sang Baginda Raja Murka
Mencari bermaksud akan membunuhlah dirinya
Dengan penggal kepalanya potonglah badannya
Maka Paduka Liku persiapkan mantra guna-guna

(37)
Pemberian dari sang pertapa sakti Ajar Sokalima
Ketika Sri Baginda masuk ke puri sang selir muda
Paduka liku berlari masuklah ke dalam kamarnya
Naiklah ke peraduan ambil sepah sirih guna-guna
(38)
Paduka Liku berkonsentrasi, pusatkan pikirannya
Menataplah ke arah kedua mata Sri Baginda Raja
Sambil geliatkan mata batin dalam hati ucap kata:
“Manut..., manutlah, tunduk..., tunduklah segera!”

(39)
Setelah selir muda mengucap mantra guna-guna
Paduka liku persilahkan baginda duduk di sisinya
Maka bekerja mantra pelet sepah sirih guna-guna
Menelusuplah ke dalam atma Sang Baginda Raja

(40)
Api kemarahan baginda pun padam tersiram tirta
Mantra pelet sepah sirih guna-guna Ajar Sokalima
Maka geliat rasa renjana Baginda muncul seketika
Lengan perkasa sekeras baja pun kini hilang sirna

(41)
Dan, lepaslah pedang di tangan Sri Baginda Raja
Kini Sri Baginda Raja ‘lah kepincut lagilah hatinya
Gelegar suara kemarahan yang gegaplah gempita
Jadi lembut ba’ suara kumbang hisap sari bunga:

(42)
“Oh, Paduka Liku! Betapa kakanda amat merindu
Denganlah kemesraan kita yang sepertilah dahulu
Dan, dimanakah Galuh Ajeng si manja putri kita?”
Demikian tutur kata penuh rayu  Sri Baginda Raja

(46)
Demilah mendengar lemah-lembut suara baginda
Selir muda Paduka Liku betapa suka, lalu berkata:
“Ya, kakanda junjungan hati hamba yang tercinta
Silahkan Sri Baginda Raja melepas lelah dulu saja

(47)
Dinda pikir ananda Galuh Ajeng sedang suka-suka
Bermain dengan dayang-dayang di luarlah istana!”
Maka tak terdengar lagi suara bingar di puri istana
Bergantilah dengan suara gelora nafas Sri Baginda

(48)
Yang terengah-engah larut di alam asmara renjana
Bersama Paduka Liku si penganut pelet guna-guna
Hingga serasa begitu patuhnya kepada selir muda
Yang membunuh permaisuri utama dengan kejinya

(49)
Setelah puaslah bermesraan dengan sang selir muda
Sri Baginda Raja pun cepatlah tinggalkan puri istana
Tuk Selesaikan pembakaran mayat permaisuri utama
Sementara mendung tebal menghiaslah langit akaca

(50)
Seketika hujan gerimis pun mulai  guyur bumi loka
Seolah-olah turut bersedih hati dirudung duka lara
 Rakyat Daha berduka menangis teteskan air mata
Saksikan upacara pembakaran jenazah sang Puspa             

— Slamet Priyadi 42 —
Minggu, 17 Maret 2019 – 16:28 WIB

PUSTAKA :
S. Sastrawinata, “Panji Semirang”
Balai Pustaka 1986

Tidak ada komentar:

Posting Komentar