Berikut adalah beberapa
contoh susunan tentara dalam perang Bharata-Yudha antara Pandawa melawan Kurawa
:
Gambar A. Wajratiksnna Wyǔha dan
Wukir Sagara Wyǔha
Keluarga Pandawa
menggunakan siasat perang ‘Wajratiksnna
wyuha’ dengan susunan tentara sebagai berikut :
1.
Bhima (ujung depan). 2. Srikandi (ujung depan). 3. Arjuna (ujung depan). 4. Yudhistira (tengah). 5. Kresna (tengah). 6. Sweta (garis belakang). 7. Sangka (garis belakang). 8. Uttara (garis belang). 9. Setyaki (garis belakang). 10. Drestajumena (garis belakang sayap kanan.
I.
Sedangkan dari barisan Kurawa terdiri dari gajah
dan kuda yang menyerupai karang laut (bukit)
yang kompak, sedangkan II. Terdiri dari
pasukan darat yang secarabergelombang menuju ke depan.
Dari kedua susunan
tentara yang dimiliki oleh keluarga Pandawa dan Kurawa itu dapat diketahui,
bahwa kedua-duanya memiliki tenaga ofensif yang kuat. Dalam kaitan ini dapat dikatakan, bahwa dalam
kitab Bhismaparwa yang berbahasa Jawa kuno itu, susunan tentara keluarga
Pandawa itu berlainan dengan apa yang disebutkan dalam kakawin Bhârata-Yudha. Kecuali nama wyǔhanya tidaklah
disebutkan. Jika ditinjau dari sudut
akulturasi Mpu Sêddah yang menciptakan kakawin ini mempunyai daya cipta sendiri
dan tidak menjiplak begitu saja yang disebutkan dalam kitab Mahabhârata dalam
bahasa Jawa kuno (saduran dari kitab Mahâbhârata dalam bahasa Sangsekerta) yang
dijadikan dasar penyusunan cerita kakawin Bhârata-Yuddha tersebut.
Seperti diketahui,
dalam permulaan perang itu barisan Pandawa menderita kekalahan besar, ialah
dengan terbunuhnya Sweta yang menjadi panglima dan dua orang adiknya Sangka dan
Uttara, sedangkan di pihak Kurawa adalah Rukmaratha anak dari raja Salya. Oleh karena dengan adanya susunan tentara
‘wajratikshnna’ itu keluarga Pandawa menderita kekalahan. Menurut Pupuh XII 5-7 dikatakan, bahwa
setelah Drestajumena diangkat menjadi panglima, susunan tentara Pandawa diganti
menjadi ‘Garuda wyǔha dan menurut Pupuh XII 8 diimbangi oleh tentara
Kurawa. Susunan tentara kedua pihak itu lebih
tenang sifatnya, karena titik beratnya terlrtak pada aspek defensif, setelah
terbukti bahwa dengan susunan tentara yang masing-masing berbentuk wukir sagara
dan wajratikshnna itu yang bersifat ofensif keduannya menderita kekalahan dan
kerugian besar.
Susunan tentara
garudda wyuha menitik beratkan siasatnya untuk menjaga keselamatan dari induk
barisan dan keselamatan ini dijamin oleh pemusatan kekuatan di masing-masing
lambung. Dengan adanya jaminan dari
kedua lambung itu barisan induk dengan tenang dapat mengadakan ofesif atau
penyerangan dengan dibantu dan dilindungi oleh masing-masing lambung.
Gambar B. Garuda Wyuha
Keterangan gambar B
•
Keluarga Pandawa :
1.
Drupada (kepala). 2. Arjuna (paruh). 3. Yudhistira (punggung). 4. Raja-raja termasuk Nakula dan Sadewa
(punggung). 5. Bhima (lambung
kiri). 6. Drestajumena (lambung kanan). 7. Setyaki (ekor).
•
Keluarga Kurawa :
I.
Sangkuni (kepala), II. (Salya),
(paruh), III. Suyudana
(punggung), IV. Bhisma (lambung
kiri), V. Dorna (lambung kana), VI. Dursasana (ekor).
Dengan mempergunakan susunan tentara
yang serba tenang untuk menjaga jangan sampai banyak menderita kerugian,
tentara Kurawa juga menderita kerugian besar dengan terbunuhnya panglima
Bhisma, karena sebagai pemimpin yang diserahi pertahanan di lambung kiri
kecuali menyerang, juga menjaga keamanan raja Suyudana yang ada di barisan
induk. Dari tempat yang aman ini raja
Suyudana menempati posisi yang strategis, karena dapat melihat seluruh gerakan
tentara Kurawa yang sedang bertempur.
Setelah
Bhisma gugur dalam medan pertempuran, kedudukannya diganti oleh Dorna yang
menjadi panglima tentara Kurawa ; ia
memilih susunan tentara gajamatta, seperti yang disebutkan dalam Pupuh XIII
13. Sebaliknya tentara Pandawa, seperti
yang disebutkan dalam Pupuh XIII 13 itu juga memilih susunan tentara gajamatta
sama seperti yang digunakan oleh susunan tentara Kurawa. Hal ini berbeda dengan dalam karangan J. Kats
yang uraian tulisannya atas dasar kitab ‘Serat Bratayuda’, tentara Pandawa
tetap mempertahankan susunan tentara garuda wyuha.
Gambar C. Gajamatta Wyǔha
Keterangan Gambar C.
•
Keluarga Kurawa
:
I.
Bhagadatta (belalai), II. Karna (gading), III. Jayadrata (gading),
•
Keluarga
Pandawa :
1. Arjuna
(gading)
Dari pertempuran kedua
pihak yang masing-masing mempergunakan susunan tentara berbentuk gajamatta
wyuha itu, dari pihak Kurawa dapat diketahui susunannya dengan jelas, karena
disebutkan dalam kakawin Bhârata-Yudha,
akan tetapi sebaliknya kakawin Bhârata-Yudha hanya menyebutkannya dengan
samar-samar. Yang disebutkan dalam Pupuh
XIII 15, hanya Arjuna. Di dalam pertempuran itu, pihak Kurawa
mengalami kerugian, karena Bhagadatta gugur sebagai akibat serangan
Arjuna. Tentara Kurawa sesungguhnya akan
mengalami kerugian lebih besar lagi, jika hari tidak menkadi malam. Dengan datangnya malam itu peperangan harus
dihentikan.
Pada waktu pagi di
hari berikutnya, Dorna telah mendengar dari Yudhistira sendiri, bahwa ia dapat
dibinasakan jika dirinya ditinggalkan oleh Bhima dan Arjuna, seperti yang
disebutkan dalam Pupuh XIII 19. Setelah dapat menipu Bhima dan Arjuna untuk
berperang di tempat-tempat yang jauh, Dorna mencoba membunuh Yudhistira dengan
jalan merubah susunan tentara dari gajamatta wyuha menjadi cakra wyuha, seperti
yang disebut kan dalan Pupuh XIII
22. Karena dengan perginya Bhima
dan Arjuna itu tentara Pandawa menjadi lemah.
Yudhistira mengganti susunan tentaranya dan dari gajamatta wyuha menjadi
makara eyuha, seperti yang disebutkan dalam Pupuh XIII 24.
Gambar D.
Makara Wyuha dan Cakra Wyuha
Keterangan gambar D
•
Keluarga Pandawa :
1.
Drestajumena (sapit kana), 2. Ghatotkaca (sapit kiri), 3. Sâtyaki (mulut), 4.
Nakula (mata kiri), 5. Sadewa (mata kanam), 6. Abhimanyu (hidung), 7. Dua orang Pancawala atau anak Pandawa
(sungut kiri), 8. Tiga orang Pancawala
(sungut kanan), 9. Yudhistira (kepala), 10. Beberapa orang raja (punggung), 11. Beberapa orang raja (badan).
• Keluarga
Kurawa :
I.
Jayadrata (peleg) bersama-sama dengan raja-raja
lainnya, II. Karna (tuji-ruji), III. Dorna (ruji-ruji), 4. Krêpa (ruji-ruji), V, VI
dan seterusnya orang-orang Kurawa (ruji-ruji), VII. Suyudhana (Sumbu).
Dorna yang menjadi
panglima tentara Kurawa itu mengganti susunan tentaranya menjadi cakra wyǔh,
setelah melihat tentara Pandawa menjadi lemah ketika ditinggalkan oleh Bhima
dan Arjuna. Susunan tentara tentara
keluarga Kurawa ini menempatkan Suyudhana tepat pada sumbu roda, sehingga
Suyudhana dilindungi oleh sekian banyak tentara seperti Dorna, Kresna dan
Krepa. Hal ini berbeda dengan
rekonstruksi yang disusun oleh J. Kats.
Di dalam kakawin Bharata-Yudha tidak disebutkan dengan pasti tempat
manakah yang dijaga oleh raja Suyudhana.
Tetapi Pupuh XIII 25 menguraikan
tentan serangan Abimanyu yang dahsyat itu dapat merusak susunan tentara Kurawa
dengan serangan panah, sehingga Abimanyu mendekati tempat pertahanan Suyudhana
yang lari. Dalam upaya mengejar
Suyudhana itu Abimanyu dihalang-halangi oleh Dorna dan Karna. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa Suyudhana itu menempati sumbu roda yang letaknya tidak jauh dari Dorna
dan Karna. Susunan cakra wyǔha kuat,
karena mempunyai front depan di bagian manapun juga yang sesuai dengan
bentuknya yang menyerupai lingkaran.
Tetapi bagaimanapu kuatnya, pasukan Abimanyu dengan panahnya yang tepat
menyerang dari jauh, sehingga tidak perlu mendekati peleg yang dijaga oleh
Jayadrata serta yang lainnya, dan sempat juga untuk mengusir raja Suyudhana
dari tempatnya.
Sebaliknya makara
wyǔha itu merupakan suatu susunan tentara yang serba lebar frontnya dan dalam
beberapa hal mempunyai keuntungan seperti disebutkan di bawahini; 1. Dengan hidungnya (ditempatoleh
Abimanyu)susunan tentara ini dapat mengadakan serangan yang jitu dengan panah
dari jarak jauh dan dengan adanya kemungkinan dibantu oleh kedua sapit
(Drestajumena dan Gatotkaca)yang bisa bergerak ke arah mana saja yang
disukaimembantu Abimanyu yang ada di depan, begitu pula dapat membantu mereka
yan ada di badan dan di punggung, susunan tentara ini yang merupakan barisan
belakang. Bahkan Yudhistira yang ada di
tengah itu juga mendapat perlindungan dari kedua sapit dan sungut itu, 2. Sungutnya yang ditempati orang-orang
Pancala yang lima jumlahnya, yang dibagi menjadi dua (kiri dan kanan) mempunyai
tugas untuk menyerang dengan tujuan menemukan bagian mana saja yang lemah dari
pertahanan musuh, 3. Kedua sapit ini
dapat bergerak dalam front yang leba, karena dengan jalan memperpanjang
sapitnya dapat menjapit seluruh musuh dan dapat membantu Abimanyu dengan
membelokkan kedua sapit itu ke dalam.
Susunan tentara yang
disebut maka wyǔha ini sangat ampuh, karena di belakang Abimanyu ditempatkan
Setyaki sebagai mulut yang setiap waktu dapat menggantikan kedudukan Abimanyu
bila gugur atau terluka, di belakangnya lagi 2 mata yang terdiri dari pahlawan
kembar Nakula dan Sadewa yang dapat mengawasi berlangsungnya pertempuran dan
siap membantu bagian mana yang lemah.
Yudhistira yang menempati bagian kepala menjadi “brain” dari
serangan-serangan yang diadakan dan diatur dari tempat Yudhistira
tersebut. Karena tempat Yudhistira ini
tepat di tengah, dengan sendirinya telah
dilindungi oleh barisan yang ada di sekitarnya.
Susunan tentara ini
sangat jitu, jika dilakukan dengan segala perhitungan. Tetapi kesalahan pihak Pandawa ialah
sekalipun Abimanyu sangat berani, tetapi kurang berhati-hati dan kurang
perhitungan. Di dalam kegembiraan karena
dapat memaksa Suyudhana untuk lari, Abimanyu mau mengejarnya tetapi pada waktu
itu juga Jayadrata bersama-sama dengan raja-raja lainnya yang mendapat peleg
susunan tentara Kurawa membuka satu bagian dari peleg itu sehingga Abimanyu
memasuki bagian dari susunan tentara Kurawa yang terbuka itu. Setelah ia masuk, peleg ditutup rapat
kembali, sehingga Abimanyu terpisah dari pasukan Pandawa dan dikepung oleh
orang-orang Kurawa. Meskipun ia masih
dapat membinasakan putera-putera Hastina yang bernama Laksmana-kumara, Abimanyu
gugur ketika dikeroyok oleh orang-orang Kurawa.
Karena hari mulai gelap pertempuran dihentikan.
Ketika pada pagi
harinya pertempuran dimulai lagi keluarga Pandawa yeng telah mengetahui, bahwa
makara wyuha tidak banyak manfaatnya, menggantinya dengan cakra eyuha sehingga
mengimbangi susunan tentara Kurawa, seperti yang disebutkan dalam Pupuh
XIII 24.
Gambar E. Cakra Wyuha dan Padma Wyuha
Keterangan :
• Pandawa : 1. Arjuna (leher), 2. Kresna (leher) : disebutkan nama Krena di
sini, karena menurut Pupuh XV 29 yang
mengatakanbahwa dalam pertempuran itu Kresna dan Arjuna bersenda gurau,
keduanya menempati pertahanan yang saling berdekatan, 3. Drestajumena, 4. Satanika.
• Kurawa : I. Karna,
II. Jarasanda, Bhurisrawa,
Ambisa, orang-orang Kurawa dan raja-raja lainnya, III. Dorna,
IV. Jayadrata, V. Salya.
Dari
uraian Pupuh XV 21 – 23 ini dapat
diketahui, bahwa untuk menyeamatkan Jayadrata telah telah diadakan suatu
susunan tentara berlapis tiga.
Sesungguhnya Jayadrata setelah berhasil membinasakan Abimanyu merasa
ketakutan mendapat serangan dari Arjuna yang telah bersumpah, lebih baik
dirinya menceburkan diri ke dalam api daripada hidup yang gagal karena tidak
dapat membunuh Jayadrata. Kehendak
Jayadrata untuk meninggalkan medan pertempuran telah dicegah oleh Dorna yang
berjanji akan melindungi Jadrata seperti yang disebutkan dalam Pupuh XV 12.
Justru, karena Jayadrata yang akan dilindungi, susunan tentara Kurawa
itu diperkuat dengan diberi berlapis tiga, ialah di depan berbentuk cakra wyuha
di bawah pimpinan Karna, di tengah padma wyuha (berbentuk bunga seroja) di
bawah pimpinan Dorna dan di dalam susunan tentara yang berbentuk bunga seroja
ini Jadrata disembunyikan. Untuk
memperkuat tempat bersembunyi ini di belakang susunan tentara yang berbentuk
bunga seroja itu masih diketemukan lapisan pertahanan ketiga yang berbentuk
sucumukha wyuha, ialah susunan tentara berbentuk seperti jarum tajam di bagian
depan.
Berdasarkan keterangan
dari kitab ‘Arthasastra’ karangan
Kautilya yang menguraikan, bahwa suunan tentara Sucimukha itu ditempatkan di
susunan tentara lainnya, dalam rekonstruksi susunan tentara Kurawa ini juga
susunan tentara sucimukha ditempatkan di barisan bagian belakang, khusus untuk
melindungi Jayadrata. Dengan adanya
rekonstruksi baru ini, jelaslah bahwa apa yang direkontruksikan J. Kats itu
hanya diawur saja.
Setelah barian
belakang dari susunan tentara orang-orang Kurawa yang berbentuk cakra wyuha itu
binasa, karena serangan Arjuna, Bhima, Setyaki dan lainnya, sehingga
pahlawan-pahlawan Kurawa dan raja-raja serta tokoh-tokoh yang disebutkan dalam
kelompok II itu binasa, Arjuna dapat mendekati tempat Jayadrata. Sementara itu Kresna mengambil tindakan tipu
muslihat dengan jalan melemparkan cakramnya ke arah Matahari, hingga cuacapun
menjadi gelap. Karena hari disangka
sudah malam dan perang harus dihentikan, dan ini berarti Arjuna gagal mencapai
tujuannya membunuh Jadrata. Maka
Jayadrata mulai keluar dari persembunyiannya dan pada saat itulah panah aArjuna
membunuh Jayadrata hingga tewas.
Alkisah setelah
panglima perang Kurawa, Dorna gugur sebagai senapati tentara Kurawa,
selanjutnya ditunjuklah Karna sebagai panglima perang dengan siasat perang baru
yaitu dengan memilih susunan tentara berbentuk makara wyuha, seperti yang
disebutkan dalam Pupuh XXVII 2.
Sebaliknya tentara Pandawa yang dipimpin Arjuna menggunakan susunan tentara
berbentuk ‘ardhcandra wyuha’ seperti disebutkan dalam PupuhXXVI 5.
Gambar F.
Ardhacandra Wyuha dan Makara Wyuha
Keterangan gambar :
Pandawa
: 1. Arjuna (depan), 2. Kresna (sebagai sais kereta perang
Arjuna), 3. Yudhistira (tengah ), 4. kula (belakang), 5. Sadewa (belakang), 6. Yuyutsu (belakang), 7. Setyaki (ujung kiri), 8. Bhima (ujung kanan).
Kurawa
: I. Karna (mulut), II. Salya (sais kereta Karna), III. Anak Karna , IV. Sangkuni dan Sudharma (sapi kiri), V. Durmukha dan Angsuman (sapit kanan), VI. Suyudhana dan lainnya (leher), VII. Beberapa orang raja (punggung), VIII. Para pahlawan Kurawa (ekor).
Dari susunan tentara yang digunakan
keluarga Pandawa itu dapt diketahui, bahwa kecuali Arjunasebagai panglima dapat
menyerbu ke depan, dapat pula melindungi Yudhistira yang ada di belakangnya,
sedangkan dari belakang kedudukan Yudhistira telah dilindungi oleh Nakula. Sadewa dan Yuyutsu ujung kiri dan kanan yang
dipimpin Setyaki dan Bima dalam hal ini dapat dipergunakan untuk membantu
Arjuna menahan serangan mulut makara yang ditempati Karna. Perhitungan orang-orang Pandawa, bahwa Karna
akan terjebak karena serangannya terlalu maju ke depan telah tercapai. Sebab Karna yang sangat bernafsu untuk
berhadapan dengan Arjuna, ia terpisah dari susunan perang Kurawa, sehingga
masing-masing bagian dan susunan tentara Kurawa dapat dibinasakan oleh serangan
Pandawa. Akhirnya, kecuali Karna yang
gugur karena serangan Arjuna, Dursasana juga gugur karena dibinasakan oleh
Bhima.
Pada waktu raja Salya menjabat
panglima tentara Kurawa setelah Karna gugur, susunan tentara yang dipilih Salya
ialah kanana wyuha yang berarti susunan tantara menyerupai hutan, seperti yang
disebutkan pada Pupuh XL 2. Tujuan Salya
ialah untuk melindungi Suyudhana yang ada di tengah dengan menempatkan
orang-orang di sekitarnya. Dari kakawin
Bharata-Yudha dapat diketahui bahwa susunan tentara kanana wyuha ini menyerupai
laut pada pasang yang disebut dengan air laut yang pasang dan menyerang daratan
secara bertubi-tubi dari para prajurit yang mengelilingi uyudhana.
Gambar D.
Kanana Wyuha
Keterangan
gambar : I. Suyudhana, II. Lapisan prajurit, III. Lapisan prajurit. Sebaliknya tentang
susunan tentara Pandawa tidak disebutkan sama sekali.
Dari susunan
tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa bangsa Indonesia sejak zaman lampau
itu mengenal pengetahuan ilmu perang dan karena kitab-kitab yang mengajarkan
ilmu ini secara metodis tidak diketemukan, dapat dikatakan bahwa bangsa
Indonesia dengan menggunakan akalnya yang tajam dan cerdas dapat mengembangkan
ilmu perang yang didasarkan atas fragmen-fragmen ilmu perang itu yang
diketemukan dalam kesusasteraan kuno.
P u s t a k
a : i
Prof. Dr. R.M.
Sutipto Wirjosuparto, “Kakawin Bharata-Yuddha”
Penerbit –
Bhratara – Jakarta 1968
Tidak ada komentar:
Posting Komentar