Senin, 30 Mei 2016

KUMPULAN PUISI BULAN MEI KARYA KI SLAMET 42 (1 )

Blog Sita : Sastra Nusantara
Senin, 30 Mei 2016 - 18:49 WIB
 
Image "Orang Gila Misterius" ( Gambar : SP )
Orsng Gila Misterius

MISTERI ORANG GILA DI EMPER 
TOKO INDOMARET SPN LIDO
Karya: Slamet Priyadi

Orang gila nan tua renta itu, bertubuh kurus dan kumal
 Berwajah lusuh, dipenuhi peluh, kotor dan berdaki tebal
 Ia berambut gimbal dilekati debu-debu yang menggumpal
Berbaring di emper toko Indomaret beralas kardus tebal
Di pinggiran jalan raya Ciawi-Sukabumi yang baru diaspal

Sejak pagi hingga sore,  orang gila itu tak beranjak pergi
Dari tempatnya berbaring di emper toko yang ramai kali
Tiada satu pun orang yang berkenan perduli dan empati
Dengan orangtua  gila itu, yang nampaknya hampir mati
Semua terbelenggu  dengan temali kerja  kesibukan diri

Sementara jalan raya Ciawi-Sukabumi tak mau toleransi
Ratusan jenis kendaraan pating sliweran tiadalah henti
Kemacetan  berbagai  kendaraan,  semakin menjadi-jadi
Nyaring suara mesin dan klakson meraung silih berganti
Membuat bising, bikin pusing tujuh keliling, gemas hati

Namun  aku tetaplah  seberangi jalan penuh kendaraan
Nyelusup di celah kendaraan yang nyaris tiada berjalan
Hampiri orang gila itu yang masih berbaring di emperan
Lalu kusapa orang gila itu penuh rasa empati perhatian
Tetapi dia tetaplah diam membisu tak mau beri jawaban

Aku pun bertanya lagi  nampak matanya nanar jelalatan
Kepalanya tengok kiri dan kanan baru timbul kesadaran
Sepertinya heran  masih ada orang yang mau perhatikan
Kepada  dirinya orang gila yang tiada punya masa depan
Padahal sejak pagi tadi  dia sudah berbaring  tungkulan

Beberapa saat kemudian,  dia pun duduklah senderan
Tetap diam,  cuma matanya menatap kosong ke depan
Tak peduli dengan ramai macet suara bising kendaraan
Meski pun hatiku serasa bergidik  jantung berdebaran
Aku beranikan duduk di sisinya dan menyapa perlahan

“Bapak sedari pagi tetap di sini,  apakah sudah makan?”
Orang gila renta itu,  masih diam tiada berikan jawaban
Dia cuma mengeleng-gelengkan kepalanya perlahan-lahan
Lalu, aku ambil  nasi rames  di tas yang belum ku makan
Yang aku beli di restotan dan kepadanya aku tawarkan,

“Bapak, ini ada sebungkus nasi rames, silahkan dimakan!”
Orang gila renta itu tetap  diam,  kepalanya digelengkan
Tapi akhirnya  dia menjawabnya dengan suara perlahan,
“Nak, terimakasih ya, atas perhatian dan segala kebaikan
Terus terang saja nak, bapak ini sudah tak butuh makan!”

Mendengar jawaban seperti itu,  aku benar-benar heran
Aku pun ajukan lagi pertanyaan, “Oya... begitukah, pak?”
“Jika demikian, baiklah! Ini saya ada sedikit uang recehan,
mungkin... ini  lebih bermanfaat untuk bapak kemudian!”
Lalu aku ambil di dompet selembar uang lima puluh ribuan

Di saat  aku  menyodorkan uang itu  ke  tangan  kanannya
Ada rasa empati yang membuatku semakinlah merasa iba
Tanganku seperti menyentuh tulang yang tak ada kulitnya
Tapi lagi-lagi aku heran, tak habis pikir dan bertanya-tanya?
Orang gila renta itu tolak uang pemberianku seraya berkata,

“Nak, sekali lagi terimakasih  bapak sudah tak butuh apa-apa
Berikan saja uang itu untuk keluarga di rumah, bapak berdoa
Semoga anak dan keluarga mendapat  rizqi  dari Allah Ta’ala.”
“Jika begitu baik, saya mohon maaf, pak! mungkin sikap saya
Tadi kurang sopan,  dan telah membuat bapak merasa-rasa!”

Setelah berkata demikian, aku pun segeralah melangkah pergi
Tetapi,  baru lima langkah tinggalkan tempat  orang gila tadi
Salah seorang yang lihat aku bicara jadi merasa heran sekali
 Menghampiriku bertanya serius kepadaku penuh teka-teki
Karena menurutnya, aku bicara  ngobrol sendirian saja tadi,

“Maaf, pak!  Tadi bapak sepertinya bicara ngobrol sendirian
 Dengan siapa bapak berbicara tadi padahal tak ada kawan?”
Mendengar pertanyaan demikian,  aku  jadi  terheran-heran
Lalu Aku menoleh ke belakang melihat tempat perbincangan
Dan di sana,  memang nampak  tak ada siapa-siapa kelihatan

Aku jadi tak habis pikir, terheran-heran, dan bertanya-tanya
Sebenarnya dengan siapakah dan kemanakah orang tua renta
Dia gaib, hilang  lenyap  begitu saja dan pergi entah ke mana?
Dan orang yang bertanya kepadaku pun geleng-geleng kepala
Sebab  aku bicara sendiri  kesana kemari  layaknya orang gila

Hening sejenak merenung diri pikir apa yang baru saja terjadi
Menerawang  lewat  sukma kembara jawabnya pun aku temui
Sepertinya  cuma  aku saja yang lihat orang tua gila itu di sini
Dan,  aku pun jadi merasa geli,  tertawa sendiri di dalam hati
Sebab menyadari, ternyata orang tua gila itu ialah aku sendiri

Begitu peristiwa aneh pengalaman misteri yang kualami sendiri
Dengan orang tua gila misterius yang masih misteri hingga kini
Di emper toko Indomaret SPN Lido jalan raya Ciawi-Sukabumi
Dan nyatanya, memang banyak tersebar orang-orang gila di sini
Menyebar di sepanjang jalan ini, Jalan Raya  Ciawi – Sukabumi

Bumi Pangarakan, Bogor
Minggu, 08 Mei 2016 – 18:31 WIB



“SAAT KONDANGAN DI RAWA BOKOR”
Karya : Ki Slamet 42

Pada hari Sabtu  setelah sholat subuh tadi
Aku segera berkemas  lepas peci putih haji
Aku buka almari kayu jati  cepat mengganti
Baju koko yang baru saja aku pakai mengaji
Baca  Al-Quran  jelang subuh pagi hari tadi
Dengan celana biru berkemeja putih berdasi

Bersama teman aku pun pergi ke Rawa Bokor
Naik  motor  kondangan di rumah Mat Kelor
Sahabat karib bandar telor dari Rawa Bokor
Dasar sial di tengah jalan ban motorku bocor
Motor pun berhenti di jalan becek dan kotor
Aku telpon Mat Kelor tetapi dia masih molor

Mataku jadi jelalatan lihat arah ngidul ngalor
Sampai tak terasa celanaku ngedadak kendor
Temanku tertawa cekikikan melucu bebodor
Sebab anu di celana dalamku nampak nyosor
Maka segera kencangkan ikat pinggang kolor
Yang mulai nampak kelihatan ada noda kotor

Sementara itu belumlah ada orang yang lewat
Di jalan tengah sawah  tempat motorku galat
Maka kutelpon lagi Mat Kelor rada mencelat
Barulah dia menjawabnya dengan cepat sebat
Tak berapa lama lalu datanglah dia mendekat
Berdua dengan temannya yang berkumis lebat

Dari kejauhan sayup terdengar musik dangdut
Irama musiknya bagai sihir, hati jadi berdenyut
Mengajakku bergoyang rasanya celenat-celenut
Kami berempat pun naik motor sedikit ngebut
Motorku yang kempes larinya jadi gluyat-glayut
Hingga perutku mules keluarkan angin ngentut

Setibanya di lokasi resepsi kami langsung cicipi
Makan nasi hidang sampai perut kenyang terisi
Aku suruh teman-teman berjoget aku menyanyi
Lagu kesukaanku Tak Berdaya rasa puas sekali
Karena player orgen tungganya mahir mengiringi
Hingga aku menyanyi sampai berulang-ulang kali

Puas bernyanyi, player stop iringi aku bernyanyi
Dan kusawer player seratus ribu rupiah kuberi
Lalu kembali ke tempat semula duduk di kursi
Sebelah kiri temanku yang sedang asyik nikmati
Segelas minuman jus jeruk rasa penuh ekspresi
Sambil tatap penyanyi yang berpenampilan seksi

Tak kunyana tiba-tiba, dia bangkit menghampiri
Sang penyanyi cantik seksi yang bernama Melati
Sementara aku terpana dengan ulah yang berani
Dari sobatku tanpa unggah-ungguh dan perduli
Pada masyarakat daerah Rawa Bokor yang Islami
Ini terbukti dari banyak hadir para haji dan kiyai

Waspadai sikap teman yang makin tak terkendali
Maka segera kuhampiri Mat Kelor untuk permisi
Dan aku pun segera datangi teman ajak dia pergi
Untuk kembali ke rumah dengan naik mobil taksi
Sedang motor aku titip pada Mat Kelor dan janji
Besok pagi aku akan datang mengambilnya sendiri  

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 07 Mei 2016 – 22:51 WIB



“KELUARGA DEMOKRATIS NAN HARMONIS”

Karya : Ki Slamet 42

Di dalam keluarga yang demokratis nan harmonis
Utamakan prinsip kebebasan berjalan demokratis
Orang tua  bertanggung jawab  dan  konsistensis
Melihatlah anak sebagai pribadi yang  personalitis
Seutuhnya dan bersikap elastis tidak otoriteristis
Maka geliat rumah tangga berjalan penuh dinamis

Kepada anak orang tua selalu welas asih memberi
Satu kesempatan tuk berkembang secara mandiri
Dalam ambil keputusan agar mampulah berkreasi
Mampulah menunjukkan segala potensi dalam diri
Lewat kebebasan dalam memilih pekerjaan sendiri
Hingga termotivasi tuk berkreasi dan berekspresi    
  
Adalah ciri-ciri keluarga yang demokratis tertera
Orang tua apresiatif pada pribadi anak seutuhnya
Orang tua, berupaya kembangkan kepribadiannya
Menganggap anak sebagai pribadi yang miliki daya
Miliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya
Beri kesempatan anak untuk buka atma pikirnya

Kebebasan anak hanya untuk kebaikan  bersama 
Artinya, kebebasan yang diberikan ada batasnya
Dibatasi rammbu-rambu sosial dan syariat agama
Yang harus dilakoni oleh anak dengan semestinya
Sikap tanggung jawab dan kesadaran mengemuka
Kental dengan nuansa kebersamaan
dalam bineka

Dengan begitu keluarga yang demokratis, mereka
Keluarga yang mampulah membangkitkan suasana
Penuh dengan hal-hal positif penuh pula dinamika
Menggeliat dalam harmonisasi ditaburi benih cinta
Saling tolong kerja sama  antara  anggota keluarga
Saling bantu dalam lingkungan masyrakat sosialnya


Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 06 Mei 2016 – 10:24 WIB



“GELIAT JIWA DALAM KATA”
Karya : Ki Slamet 42

Ketika pergelangan kaki kananku terkilr
Karena terperosok lalu jatuh tergelincir
Di selokan kecil yang kotor tiada berair
Aku berupaya bangkit duduk di pinggir
Urut pijit pergelangan kaki yang terkilir

Setelah kurasa sakit di kaki menyingkir
Kuteruskan langkah susuri bukit wukir
Melewati jalan setapak becek berlendir
Sebab hujan rinai mulai turun melansir
Basahi rambutku yang kusut tak disisir

Sementara hembus angin bertiup semilir
Rintik-rintik air hujan mulai deras ngalir
Basahi daun-daun yang kelawar-keliwir
Segarkan segala tumbuhan bukit Wukir
Hanyut-sirnakan segala kekusutan pikir

Maka disaat raga mulai lelah ketar-ketir
Aku pun henti berjalan untuk berpakir
Duduklah aku di sebatang kayu berukir
Bertuliskan kata-kata bijak hijau kenikir
Seperti ajak aku gunakan akal dan pikir

“Sifat congkak itu bagai darah mengalir
Yang kotori jiwa dan amat berbau anyir
Sukar dilenyapkan karena kuat pelintir
Tapi bersihnya jiwa harus tetap berkelir
Lebihlah kuat dari sikap dumeh pandir”
                                                                                      
Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 05 Mei 2016 – 16:16 WIB
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar