Sabtu, 04 Juni 2016

KUMPULAN PUISI BULAN MEI (2) KARYA KI SLAMET 42

Blog Sita : Sastra Nusantara
Minggu, 05 Juni 2016 - 01:18 WIB



Image "Ki Slamet 42" (Foto: SP)
Ki Slamet 42

“KISAH DA’WAH ABU HURAIRAH”
Karya : Ki Slamet 42

Ketika panas sinar mentari selimuti kota Madinah
Sungguh itu tiada surutkan langkah Abu Hurairah
Mendatangi satu pasar yang orang ramai melimpah
Dengan segala kesibukan dagang yang riuh meriah
Hingga tiadalah sadar, matahari telah sepenggalah
Waktu datangnya shalat dzuhur menghadap Allah

Lihat banyak orang-orang di pasar lupakan ibadah
Abu Hurairahpun nampaklah berang sedikit marah
Berdiri di tengah-tengah pedagang pasar, sesorah :
“Berdosalah, hai kalian orang-orang Islam Madinah!”
jawab mereka: “Dosa apa yang kami buat,Hurairah?”

Meski sedikit marah, Abu Hurairah berkata ramah :
“Tahukah kalian bahwa harta Peninggalan Rasulullah
Telah dibagi-bagi sementara kalian masih sibuk di sini
Apa kalian tak ingin ambil jatah itu, cepatlah pergi?”
Para pedagang pasar itu senang, mereka tanya lagi :

“Dimana tempat bagi-bagi peninggalan itu,Hurairah?”
“Tentu saja, ya di masjidlah !” Jawab Abu Hurairah”
Orang-orang pasar itu pergilah ke masjid Madinah,
Sementara Abu Hurairah menanti mereka kembali
Tak berapa lama kemudian mereka pun datang lagi

Kecewa mendalam, mereka protes Abu Hurairah :
“Kau dusta, Kau telah dustai kami, Abu Hurairah,
Tak ada pembagian apa-apa di masjid Rasulullah!”
Nampak mereka kecewa sekali pada Abu Hurairah
Menanggapi mereka, berkatalah agak keras sesorah:

“Apa kalian tak melihat orang-orang di masjid sana?”
“Kami tidak lihat orang bagi-bagi harta peninggalan,
Kecuali orang-orang yang sedang melakukan shalat
Orangorang yang sedang mengaji, membaca al-Qur’an
Dan sedang serius berdikusi di dalam masjid sana!”

Demi mendengar jawaban para pedagang pasar itu,
Abu Hurairah pun mencelat sebat keraslah berseru:
“Berdosa dan celakalah kalian jika tak ikut menyatu
Dengan orang-orang yang ada di dalam masjid itu,
Sebab itulah peninggalan Rasulullah sesungguhnya!” 
  
Bumi Pangaran, Bogor
Minggu, 15 Mei 2016 – 09:57 WIB


“AWANG-AWANG TANPA LAWANG”
Karya : Ki Slamet 42

Saat tubuh rapuh tak bisa bergerak lumpuh
Berbaring di amben panjang berkasur lusuh
Sendiri rasakan sepi semua seperti menjauh
Segala daya yang dulu bisa kianlah merapuh
Pecah kemepyar buyar dan sukarlah disauh

Ketika rasa kantuk mengetuk kelopak mata
Kedua mata pun terpejam hilang segala rasa
Tidur mendengkur berselimut duka nestapa
Semua tak bisa dirasa meski dalam kata-kata
Dan ada air mata menetes di pipi tak terasa

Dalam tidur mendengkur mimpi pun datang
Bagai terbang di awang-awang tanpa lawang
Tiadalah ada yang ada segalanya sirna hilang
Hanya ada gumpalan angan di  awang-awang
Berarak berkejaran ngayang melayang-layang

Di balik angan ada sinar putih berpesan religi
Berwanti nasehati agar selalu ingat Ilahi Rabi
Melakukan Shalat wajib lima kali dalam sehari
Menunaikanlah zakat dan juga saling berbagi
Puasa di bulan Ramadhan jika mampu berhaji

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 14 Mei 2016 09:23 WIB

 
“MENJELAJAH KATA UNGKAP CERITA”
Karya : Ki Slamet 42


Tepat pukul tiga di Rabu sore saat hendak sidik jari
Setelah tugas dampingi acara  Pelepasan Siswa-siswi
Dadakan instrumen tak berfungsi karena listrik mati
Terpaksa pulang  dengan sistem manual  tulis sendiri
Di jadwal hadir pulang yang disediakan KTU Sunardi

 Badan lelah pulang numpang mobil pak Diding Suardi
Ketua Panitia yang kinerjanya tiadalah diragukan lagi
Bersikap ramah bertanggung jawab bicara bobot berisi
Yang mengacu pada ajaran religi Islami dari Ilahi Rabbi
Tepat di depan UKI aku turun sambil ucap terimakasi

Berjalan di atas trotoar jalan yang terasa bising sekali
Lewati lorong terowong UKI dan pedagang lima kaki
Yang banyak berjejeran  berupaya keras mencari rizki
Demi menafkahi menghidupi keluarga anak dan istri
Yang sudah tentu di rumah mereka sedang menanti

Aku terus berjalan tuju lokasi mobil ompreng Ciawi
Duduk dekat pintu tengah mobil sudah penuh berisi
Setelah calo dan sopir car omperengan  bertransaksi
Berangkatlah mobil menuju kota Bogor lalu ke Ciawi
Di tengah jalan tol daerah Sentul macet membayangi

Setiba di perempatan Ciawi, aku turun berjalan kaki
Kepala sedikit pening melihat kendaraan ramai sekali
Lalu kunaiki mobil Elf omprengan jurusan Sukabumi
Yang melesat cepat,  merat zik-zak ke  kanan  ke kiri
Depan SPN Lido aku turun, sang ojek telah menanti

Sementara geliat hujan lebat belum jua mau berhenti
Ojek Tedi yang aku tumpangi begitu kencang berlari
Tuju rumah kecil mungil,  tempat keluarga berkreasi
Arungi bahtera rumah tangga, berkayuh Religi Islami
Yang mesti jadi energi motivasi kelola keluargaku ini

Setiba di depan rumah lima ribu rupiah ojek aku beri
Ketika  ketiga cucu-cucuku  cium tangan menyalami
Ada rasa haru bahagianya hati sungguh tiada terperi
Ketiga cucuku yang lucu-lucu dan sukalah menyanyi
Masing-masing aku gendong lalu keningnya aku ciumi

Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 14 Mei 2016 06:09 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar