Sastra Nusantara
Sabtu, 13 Febuari 2016 - 06:54 WIB
Malam Tahun Baru 2016 |
“GELIAT MALAM
TAHUN BARU 2016”
Karya : Ki Slamet 42
Ketika sendiri saja dalam kamar yang
gelap gulita
Mesu diri ‘ngeraga sukma lepaskan jiwa dari raga
Maka kembaralah ke seluruh negeri naik Garuda
Melayang di angkasa menatap segala geliat bangsa
Mesu diri ‘ngeraga sukma lepaskan jiwa dari raga
Maka kembaralah ke seluruh negeri naik Garuda
Melayang di angkasa menatap segala geliat bangsa
Di seluruh negeri yang kononlah
makmur sentosa
Maka kepak lebar sayap garuda gemuruh suaranya
Buka tabir selimut buana topeng wajah nusantara
Yang pungkas giat hidupan masyarakat berbudaya
Saat malam tahun baru merayapi semua kota-kota
Darilah Sabang hingga sampai Merauke di Papua
Aku coba tundukkan kepala menataplah ke bawah
Nampak manusia di semua kota begitu limpah ruah
Sambut tahun baru dengan hampar hiburan meriah
Bersuka mewah-mewah habiskanlah miliaran rupiah
Maka kepak lebar sayap garuda gemuruh suaranya
Buka tabir selimut buana topeng wajah nusantara
Yang pungkas giat hidupan masyarakat berbudaya
Saat malam tahun baru merayapi semua kota-kota
Darilah Sabang hingga sampai Merauke di Papua
Aku coba tundukkan kepala menataplah ke bawah
Nampak manusia di semua kota begitu limpah ruah
Sambut tahun baru dengan hampar hiburan meriah
Bersuka mewah-mewah habiskanlah miliaran rupiah
Meski ada yang susah kesenangan musti ditumpah
Bunyi petasan mercon terompet klakson kendaraan
Terasalah begitu memekakkan telinga kiri dan kanan
Warna-warni kembang api di langit penuh keindahan
Bagaikan lukisan yang hiasi gedung-gedung pameran
Menyebar merona pancarkan romantika keindahan
Di hotel-hotel mewah banyaklah para hidung belang
Berasyik-masyuk dengan wanita-wanita jelita jalang
Tiada peduli seberapa banyakah mengeluarkan uang
Yang penting gelora birahinya tersalur secara lapang
Sedang di tempat-tempat ibadah sunyi nan lengang
Di hotel-hotel mewah banyaklah para hidung belang
Berasyik-masyuk dengan wanita-wanita jelita jalang
Tiada peduli seberapa banyakah mengeluarkan uang
Yang penting gelora birahinya tersalur secara lapang
Sedang di tempat-tempat ibadah sunyi nan lengang
Saat kelompok musik beraksi di panggung lapangan
copet gerayang saku penonton dompetnya kecurian
Sebab asyik goyang nikmati irama musik dangdutan
Sementara polisi sibuk mengatur lalu lintas di jalan
Yang begitu padat dengan macam jenis kendaraan
Lautan manusia berjubel saling berdesak-desakkan
Saling senggolan saling sikutan bahkan berkentutan
Pedagang terompet sedikit paksa jajakan dagangan
Mereka saling bersaing harga pun dijatuhturunkan
Padahal waktu belumlah malam masih rayap perlahan
Gempita malam tahun baru gemuruh luruh menyergap
Lupakan haru lupakan belenggu dalam tidur yang lelap
Dari kasus-kasus korupsi yang masih belum terungkap
Yang dilakukan oleh manusia berwajah topeng rangkap
Semua diraup, disaup, dihirup dimakan dengan lahap
Walau pun berpendidikan tinggi bisanya cuma mengerat
cari siasat agar selamat dari kasus hukum yang menjerat
Dialah tikus-tikus rakus di parit kotor dia itu bertempat
Dia para pejabat bejat, yang suka mengerat uang rakyat
Pandai rubah diri, rubah wajah dan mahir pula bersiasat
Sementara di desa-desa terpencil masih banyak masyarakat
Tak memiliki tanah, tak memiliki rumah, hidupnya melarat
Apa lagi ‘tuk menggarap kebun dan sawah yang bersyarat
Bertahan hidup hanya dari kerajinan bambu yang dibuat
Pun kemudian dijual di pasar
berjalan kaki jauhlah sangat
Jika malam hari tiada penerang cuma pelita kecil menyalak
Dan, sumber apinya pun diolah darilah buah pohon jarak
Oleh karena tak sanggup lagi untuk
membeli seliter minyak
Sedang harga-harga kebutuhan pangan
pun naik beranjak
Tiada lagi mau turun sampailah makan
jadi terasa terselak
Begitulah sisi kehidupan di negeri yang konon kata kaya
Subur dan makmur gemah ripah damai aman nan sentosa
Negeri yang indah nian bagaikan zamrud di khatulistiwa
Yang tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tumbuh rupa
Tapi perbedaan hidup nyata antara si miskin dan si kaya
Sementara rasa persatuan antar sesama tak jelas arahnya
Terkoyaklah oleh perang antar warga suku bahkan agama
Belum lagi tawuran antar pelajar yang seakan jadilah gaya
Semoga di tahun dua ribu enam belas ada perubahan nyata
Dan, Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin berjaya
Semoga...
Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 01 Januari 2016 - 05
Sita Rose |
MENATAP BAYANG-BAYANG
Karya
: Ki Slamet 42
Sumeringahmu nan lembut tutur sapamu
Gerai rumbaian hitam panjang
rambutmu
Bening nan tajam pancaran sinar
matamu
Luluhkan hati hingga larut dalam
rasaku
Dan kedua mata menghampar melanglang
Menatap nanar selintasan bayang-bayang
Yang tiada mahu sirna terus
membentang
Merajut kembali memori yang lama
hilang
Hari-hari terasa nian kulalui
teramat sepi
Desir-desir angin malam terpa relung
hati
Menyentuh menyapa bayang-bayang
sunyi
Terus gelinyang di mata tak jua mau
pergi
Mataku tak jemu-jemu menatap
bayangmu
Yang masih mengajak aku bersenda
gurau
Mengukir indah kisah kasih kita masa
dulu
Tertera bercerita menghias di relung
kalbu
Pangarakan,
Bogor
Sabtu, 17
Januari 2016
“M E L A N K O L I S”
Karya: Slamet Priyadi
Karya: Slamet Priyadi
Aku sudah lama mengerti dan memahamimu
Dengan kepribadianmu yang melankolis itu
Karena itu aku pun apa adanya menerimamu
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu
Dengan kepribadianmu yang melankolis itu
Karena itu aku pun apa adanya menerimamu
Dengan segala kelebihan dan kekuranganmu
Aku sangat suka kau nampak begitu anggun
Berpenampilan pendiam meski suka melamun
Berwajah cantik menarik pun berkata santun
Hidup teratur sopan dan bersikap menuntun
Berpenampilan pendiam meski suka melamun
Berwajah cantik menarik pun berkata santun
Hidup teratur sopan dan bersikap menuntun
Konsep pikirmu jelas tanda kau wanita cerdas
Pandai bergaun, sedikit pun tiada ada berbias
Pandai atur keuangan meski dalam pas ngepas
Pandai menata ruang mengacu keindahan khas
Pandai bergaun, sedikit pun tiada ada berbias
Pandai atur keuangan meski dalam pas ngepas
Pandai menata ruang mengacu keindahan khas
Aku amat suka kau
berkepribadian melankolis
Meski ingin menang sendiri dan bersikap egois
Tak suka kelakar senang bertengkar dan nangis
Emosional merasa paling benar bahkan histris
Meski ingin menang sendiri dan bersikap egois
Tak suka kelakar senang bertengkar dan nangis
Emosional merasa paling benar bahkan histris
Tapi bagiku kekuranganmu adalah kelebihanmu
Segala yang ada pada drimu
jiwamu dan ragamu
Semuanya aku suka dan aku teramatlah suka itu
Semuanya aku suka dan aku teramatlah suka itu
Karena kau seutuhnya sudahlah menjadi milikku
Bumi
Pangarakan, Bogor
Sabtu, 17 Januari 2014 – 02:32 WIB
Sabtu, 17 Januari 2014 – 02:32 WIB
“GITA BALA SANG NARKOBA”
Karya : Ki Slamet 42
Gita bala sang narkoba tembang jagad raya
Melantunkan irama nan indah kidung
buana
Geliatkan alunan untaian melodi
menggema
Tebar-pancarkan merahnya merah suasana
Satu pertanda nyata alam ini telah dikuasa
Hujan sang Indra pun melebat di bumi
loka
Basahi sang Pertiwi yang tak
henti-hentinya
Deras-lebatkan kucuran air mata duka
lara
Mengguyur sepanjang waktu goreskan
luka
Menguak dendam pati yang tiada mau
sirna
Kalamakara prajurit sejati
perisainya petaka
Tiada mampu biaskan gema lara
membahana
Yang belenggu seluruh isi alam jiwa
dan raga
Yang masih terbius kepincut sang
dara-dara
Bawa virus-virus haus nyawa kejinya
narkoba
Dan, korbanpun berjatuhan meregang
nyawa
Tanpa bisa langlang kembara di alam
bahagia
Sebab mereka semua tewas dalam usia
muda
Menjadilah santapan virus-virus haus
nyawa
Keganasan vampir-vampir narkoba
pemangsa
Utankayu
Selatan
24 Januari 2016 – 00:33 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar