Blog Sita : Sastra Nusantara
Minggu, 01 Mei 2016 - 07:40 WIB
“BATU HAJAR
AL-ASWAD”
Karya
: Ki Slamet 42
Terdapat
batu hitam Hajar Al-Aswad namanya
Di
letakkan di penjuru timur Ka’bah
lokasinya
Dipandanglah
suci karena batu itu dari syurga
Oleh
seluruh kaum muslimin di seluruh dunia
Saat
thawaf sunnah membelai dan menciumnya
Hajar
Al-Aswad lebih dari sejengkal panjangnya
Sedang
lebarnya, dua per tiga jengkal kira-kira
Batu
itu dikelilingi perak murni sebagai ikatnya
Sehingga
keindahan perak mantul pada batunya
Pancarkan
kesejukan dan keindahan tiada tara
Umar
bin Khattab saat cium batu itu berkata :
“Demi
Tuhan, Hajar Al-Aswad itu sebenarnya
Cuma
batu yang tak memberi manfaat apa-apa
Jika
saja, aku tak lihat Nabi s.a.w. menciumnya
Sungguh
aku pun tidak akan menciumnya pula”
Dalam
jalan sejarahnya banyak yang telah coba
Curi Hajar Al-Aswad dengan bermacam upaya
Mereka
adalah orang-orang dari suku Jurhuma
Suku
Liyad Al-Amaliqah dan kaum Al-Qamatha
Seperti
Abu Thahir bin Al-Hasan al-Qarmathya
Tahun
317 H. Abu Thahir berhasil mencurinya
Batu Hajar Al-Aswad dibawa
ke negeri Kufa
Ditaruh
pada tiang ke tujuh mesjid Kufah Raya
Tujuannya
supaya orang beribadah haji ke Kufa
Namun
batu kembali ke Ka’bah, tempat semula
Tetapi
keadaannya tiada lagi seperti sedia kala
Batu
itu pecah akibat pencurian semena-mena
Abu
Thahir membongkarnya dengan cara paksa
Menurut
Thursusy, Hajar Al-Aswad tiada bisa
Tenggelam,
tak bisa panas meski dibakar dahana
Minggu, 27 Maret 2016 – 24:47 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
“KISAH PENJUAL BUAH SEMANGKA”
Karya : Ki Slamet 42
Ketika
aku berjalan sendirian di saat tengah hari
Di
Pasar Jatinefara yang nampaklah ramai sekali
Dengan
bermacam kegiatan profesi yang digeluti
Berjuang
keras hanya untuk mencari sesuap nasi
Demi
kelangsungan hidup keluarga anak dan istri
Persis
di depan gereja tua ada penjual semangka
Yang
bagiku penampilannya begitu amat berbeda
Jika
dibanding dengan penjual semangka lainnya
Yang
kumal dengan peluh membasahi pakaiannya
Sebab
Mentari siang itu bersinar begitu teriknya
Rasa
haus dahaga di kerongkongan mulai terasa
Maka
segera kuhampiri saja si penjual semangka
Lalu
kutanya berapa harga semangka sebuahnya
Si
penjual semangka itu hanya diam seribu
basa
Tapi
akhirnya ia menjawab juga dengan berkata,
“Tuan,
aku tak mau jika nantinya tuan
kecewa
Maka sebaiknya, tuan
cobalah dulu semangka
Yang saya jual ini, sedang soal harga nanti saja
Jika tuan sudah merasa cocok dengan rasanya
Tuan, semangka beri efek positif bagi
raga kita!”
Mendengar
jawaban dari sang penjual semangka,
Aku
menjadi sedikit terperangah juga
dibuatnya
Maka,
aku pun ajukan pertanyaan lagi kepadanya
“Maaf pak, saya masih belum jelas apa
maksudnya
Semangka memberi efek positif buat
tubuh kita?”
“Tuan, sebab semangka kandung zat
likopen tinggi
Antioksidan terdapat dalam buah
berwarna-warni
Utama buah-buah berwarna merah bukan
stroberi
Begitu yang saya baca dalam buku-buku
referensi
Bahkan kanker prostat, jantung dapat
dikurangi.”
Demikian
lancar dan berisi sang penjual semangka
Jelaskan
manfaat dan kegunaan buah yang di jaja
Kepada
setiap calon pembelinya yang merasa suka
Dengan
pelayanan sangat ramah yang diberikannya
Dan,
aku jadi bertanya-tanya seperti tiada percaya
Dalam
keadaan masih terkesima penjual semangka
Melanjutkan
kata-katanya yang penuh daya pesona,
“Oya,
tuan! buah berair
Citrullus lanatus ini juga
Kaya
akan Vitamin B6, suatu zat penting yang bisa
Rangsang hormon otak untuk atasi panik
cemas jiwa
Bukan Cuma itu, semangka pun kaya akan
vitamin C
Dan vitamin A Yang bisa memperkuat,
menjaga penuh
Serta
bantu enerji daya tahan dan kekebalan tubuh
Pun, memperlambat proses penuaan fisik
yang ampuh
Selain itu, mencegah kebutaan, infeksi,
tubuh rapuh
Demikian
luasnya pengetahuan sang penjual semangka
Terkait
barang dagangannya sampai akupun terkesima
Kata
bicara menandai dia bukan pedagang buah biasa
Tutur
katanya kandung referensi akademik
berlogika
Maka
tak sungkan lagi aku pun ajukan lagi satu tanya
“Oya,
pak! jika demikian, bagaimanakah
caranya kita
Bisa mengetahui buah semangka yang
masak dan tua?”
Tanyaku,
seraya ambil satu buah semangka yang dijaja
Kemudian aku lempar-lempar ke atas setinggi kepala
Pedagang
semangka itu tersenyum yang diselingi tawa
“Baik, tuan! Saya akan jelaskan dengan sebaik-baiknya,
Tuan
ketuk saja kulitnya, jika ada
rongga itu artinya
Buah semangka itu sudah bisa kita mengkonsumsinya
Jika suaranya terdengar masih berat
artinya semangka
Masihlah muda, belumlah bisa kita ‘tuk
menyantapnya
Ketika
aku asyik nikmati semangka pilihan si
pedagang
Yang
banyak kandung air hingga rasa dahagapun hilang
Nampak
keluar dari pintu kendaraan hitam jenis kijang
Tiga
wanita cantik, manja, panggil nama sang pedagang
“Pak Pandu, kami siap hadir mengikuti
kuliah sekarang!”
Meihat
dan menyaksikan peristiwa itu, baru aku
tahu
Bahwa ternyata,
sang pedagang buah
semangka itu
Seorang yang
berprofesi sebagai dosen di salah satu
Perguruan tinggi
yang sengaja ke situ ingin bertemu
Dengan
teman karibnya semasa masih di SMA dahulu
Sabtu, 26 Maret 2016 – 03:07 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
“PERILAKU GOMBAL SANG PEMBUAL”
Karya
: Ki Slamet Priyadi
Aduhai
memang macam-macam kesenangan orang
Dalam
menghiasi warna kehidupan di alam bayang
Ada
yang sukanya minum hingga mabuk kepayang
Bergadang
di larut malam riang bersenang-senang
Lupakan
segala problema hidup jiwa yang gamang
Tapi
ada lagi yang membuat hati jadi keki antipati
Orang
yang hobinya sebar tebarkan berita sensasi
Pergi
sana-sini cepat berlari berputar kian kemari
Semua
tetangganya didatangi dikunjungi didekati
Hanya
untuk salur gibah yang selalu geliat di hati
Namun
kitapun mestinya juga lakukan introspeksi
Karena
kebanyakan dari kita pun juga suka sekali
Berbuat
gibah baik disadari ataupun tak disadari
Saat
kita ngobrol ngalor-ngidul sambil minum kopi
Atau
ketika kita merenung diri di kamar yang sepi
Kita
pun kadang bersikap gombal sering membual
Berbohong
menipu jadi perilaku yang terus dijual
Sembunyi di balik selimut putih bermotif tumpal
Manjakan
segala marwah hitam yang menggumpal
Menjual
konsep gombal dengan harga yang mahal
Berpakaian
bertampilan laksana orang-orang suci
Seperti
begawan kiayi bahkan para wali mumpuni
Miliki
ilmu sulap tinggi cuma untuk membohongi
Agar
bualannya dapatlah diterima dan dipercayai
Hidup
bergelimangkan harta kemewahan duniawi
Akan
tetapi apa arti dan manfaat dari itu
semua
Jika
cuma bahagia di alam dunia tak di alam baka
Lupakan
jauhkan segala kebenaran ajaran agama
Yang
menjadi kunci pembuka pintu masuk sorga
Tempat
kebahagiaan yang lestari abadi selamanya
Minggu,
25 Maret 2016 – 07:33 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
“AJARAN SABDA PALON"
Karya : Ki Slamet 42
Tertera di dalam kitab kuno pusaka luhur berbudi
Kitab Sabda Palon berisi ajaran-ajaran moral
tinggi
Agar kita bisalah menggapai derajat manusia
sejati
Yang tutur sapanya lembut tiada pernah
menyakiti
Apalagi bersifat penuh rasaan iri syirik dan dengki
Adapun untuk mencapai tingkat sejatinya manusia
Adapun untuk mencapai tingkat sejatinya manusia
Harus mengamalkan sikap dan perilaku Gandharwa
Berjiwa bersih yang dilambari dengan sikap utama
Yang selalu melekat kuat bersemayam di dalam
jiwa
Utama gandarwa, tingkatkan laku, tekun dan
setia
Pertama utamakan
kemanunggalan dalam gandarwa
Selalu mengingat Tuhan, menyatu dengan
sifat-Nya
Penuh rasa kasih bersifat adil, jujur, dan
bijaksana
Tidak tamak, tidak serakah, tidak bersikap
jumawa
Baik kepada alam, khewan maupun kepada
manusia
Kedua, tingkatkan kawruh dan laku untuk sesama
Kedua, tingkatkan kawruh dan laku untuk sesama
Selalu belajar dan terus belajar menumbuhkan
daya
Amalkan dan praktikkan kepandaian kepada
sesama
Demi kebaikan, kesejahteraan dan kemajuan
bangsa
Tanpa pamrih dipenuhi rasa tulus dan ikhlas
semata
Ketiga, melakukan
sesuatu dengan tekun dan setia
Miliki
komitmen tinggi dengan apa yang diyakininya
Setia
dan punya rasa dedikasi dalam amalkan segala
Baik
berupa ajaran pun kemampuan yang dimilikinya
Semua
dilakukan ‘tuk cari keridhoan Tuhan semata
Jika
manusia mampu lakoni dan bisa capai Gandarwa
Mengamalkan
ketiganya maka di dalam sosok dirinya
Akan
bersemayam kuat moralitas jiwa kokoh berjaya
Sugih
tanpa banda sakti tanpa aji ngluruk tanpa bala
Menang
tanpa perang, apa yang dinginkan jadi nyata
Minggu,
20 Maret 2016 – 15:56 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor
MENEBAR SIKAP SABAR DALAM BELAJAR
Karya
: Ki Slamet 42
Jika
kita masih di dalam perjalanan tempuh
ilmu dan belajar
Maka
landasilah bekalilah diri kita dengan penuh sikap sabar
Sebab
sabar adalah energi yang jadikan diri
tahan dan tegar
Dalam
hadapi tantangan berapa pun tingkat sulit
dan sukar
Segala
rintangan penderitaan dan kesulitan di dalam belajar
Kita
tetaplah dalam istiqomah menerima dengan
jiwa besar
Sikap
sabar itu juga bermakna gigih dan tekun dalam belajar
Kunci
pembuka untuk menggapai ilmu yang semakin menebar
Menjadi
pedoman dan pegangan hidup agar tidaklah kesasar
Ketika
kita kembara berlayar mengarung laut samudra bahar
Labuh
di pantai Pertiwi yang dipenuhi sifat kejam dan gahar
Tak
ada kompromi segalanya mestilah cepat berpacu gencar
Bukanlah
suatu penghalang jika sarana kuranglah terpancar
Karena
dia hanya penunjang bisa diatasi dengan sikap sabar
Jika
kita kalah maka kita akan menjadi lemah tak bisa keluar
Dari
kestagnasian pikir kerdil bagai burung di dalam sangkar
Bagaikan
katak di dalam tempurung cuma bisa keras berujar
Nyanyikan
kidung mantra agar air hujan turunlah memancar
Yakh,
kebanyakan dari kita acap kali tiadalah
mau bersabar
Segala
kekurangan membuat kita menjadilah malas mengejar
Terkungkung
terjerat kuat temali kemalasan yang menjalar
Terus
merayap ke arah leher tangan dan kaki hingga sampar
Tiadalah
mau bersikap sabar tiadalah mau berupaya
belajar
Tidur
mendengkur pulas berbaring menghampar di atas tikar
Kuatkan
dan tegarkan kemauan belajar dengan sikap
sabar
Sabar
dalam menghadapi kesukaran dan carilah
jalan keluar
Berupayalah
dengan menyebarkan sikap sabar dalam belajar
Sampai
tersimpan kuat dalam atma ilmu pun terang berpijar
Cerahkan
dan terangi dunia dari gelap yang masih menyebar
Menyelimuti
bumi loka yang masihlah belum terpancar sinar
Kp Pangarakan, Bogor
minggu, 20 Maret 2016 – 10:00 WIB
“TERBELENGGU RASA MERINDU”
Karya
: Ki Slamet 42
Rasa
kasmaran di hatiku ini mengapakah tak juga mau hilang
Bahkan
sampai kini hingga sekarang masih saja menggelinyang
Meronta
menguak jiwa jadikan segala kian panjang terkenang
Dan
usik sukmaku nan lara pedih menggoreskan luka panjang
Yang
semakin terasa perih jiwa pun kusut
terkukung gamang
Di
Sepanjang waktu wajahmu itu selalu saja hadir membayang
Seperti
berbisik menyapa berkata bahwa aku masihlah sayang
Dan
kisah kasih kita lepaslah biarkan terbang melayang-layang
Di atas puncak bukit batu yang meski telah
kering kerontang
Namun
rasa kasmaran kita janganlah sampai
hilang terkekang
Itu
maumu juga maunya aku tapi hati kita mestilah berlapang
Karena
gores hidup kasmaran kita memang tertulis terlekang
Tiadalah
bisa memanjang pun tiadalah bisa lebar membentang
Kita
cuma bisa arung samudra asmara cinta dan kasih sayang
Di
dalam kubang angan-angan khayal yang terus menggerayang
Kendati
kita cuma bercumbu lewat mimpi-mimpi
yang datang
kendatipun
hanya lewat semunya geliat remang bayang-bayang
Namun
kurasakan bahagianya hati yang bukan alang kepalang
Karena
hati yang merindu-rindu bertemu sejak dulu terjelang
Jadi
nyata di alam tak nyata dan hati masih rasakan sumelang
Kp Pangarakan, Bogor
Sabtu, 19 Maret 2016 – 05:55 WIB
“GERHANA SURYA ITU SASTRA SEMESTA”
Karya
: Ki Slamet 42
Ada
peristiwa alam langka terjadi di negeri Nusantara
Pada
Sembilan Maret dua ribu enam belas terjadinya
Di
rabu pagi bersamaan hari raya nyepilah peristiwanya
Gerhana
Matahari total estettikanya alam jagad raya
Lukisan
semesta karya Dia Zat Sang Maha Pencipta
Kandunglah
cerita tentang tafsir bermaknakan sastra
Yang
sejak dahulu kala lah ciptakan bermacam budaya
Di
bumi Nusantara yang berdasar nilai-nilai Pancasila
Semua
penduduk di peloksok persada bumi Indonesia
Nampaklah
tergerak hatinya untuk saksikan prosesnya
Gerhana
Matahari total yang penuhlah arti dan makna
Kisah
tentang Dewa Surya Dewi bulan bercengkerama
Sebab
tergiur geregetnya gaya lincah kemayu Purnama
Yang
munculkan geliat hasrat menggebu Dewa Surya
Sehingga
Dewi Pertiwi pun jadilah cemburu dan murka
Ungkapkan
rasa amarahnya menggemparkan bumi loka
Maka
gelap gulitalah di seluruh angkasa di langit akaca
Saat sang Dewi Purnama berpadu, satu rasa satu jiwa
Tak terasa mereka berdua pejamkan kedua belah
mata
Tiada
cahaya benderang memancar dari mata keduanya
Senyum
sumeringah cantik rupa wajah Dewi Purnama
Telah
membuat lupa mabuk kepayang sang Dewa Surya
Hingga
tak perhatikan sang Dewi Pertiwi dirajut duka
Diam
seribu basa meski dalam hati amarah menggelora
Ketika
Dewa Surya masih tenggelam dalam cenkerama
Dan
lupa segalanya Dewi Pertiwi sibakkan rambutnya
Belantara hembuskan topan laut tumpahkan air tirta
Gunung-gunung
semburkan bebatuan pasir api dahana
Lihat
amuk Dewi Pertiwi Dewa Surya sadar buka mata
Pancarkan
kembali cahayanya benderanglah bumi loka
Hutan
rimba pun hamparan sawah segar kembali semula
Kemilau
mata sang Dewa Surya sejuk damaikan isi dunia
Kp Pangarakan, Bogor
Sabtu, 12 Maret 2016 – 01:51 WIB
HATI YANG TERBELAH
Karya
: Ki Slamet 42
Aku
sudah merasa sejak pertama kita rajut kisah
Bahwa
kita tiadalah bisa bersama dalam asih-asah
Anganmu
terlalu jauh kembara hingga aku resah
Berpikir
tentangmu dalam getar hati yang gelisah
Dan
ada sebongkah tanya mestikah kita berpisah?
Sementara
‘lah sedasa warsa kita terikat sumpah
Dalam
ikatan janji prasetya kasih tak berserapah
Yang
hingga kini pun masih terapit di celah-celah
Batang
bambu hijau penyangga kokohnya rumah
Agar
hati dan jiwa garwaku tiada akan
terbelah
Namun
semakin lama kau nampak semakin lemah
Anganmu semakin tak terkendali terus merekah
Tak
lagi bisa dan kuat menahan godaan marwah
Yang terasa semakin melimpah ruah tertumpah
Bagaikan
dahsyatnya badai gelombang tirta bah
Akhirnya
aku putuskan sebaiknya aku mengalah
Sebab
memang sudah kutahu kau susah dipapah
Bermanja
kuat nafsu amarah tanpa bisa dicegah
Segala
keinginan hatimu adalah wujudnya ranah
Yang
mesti aku jelmakan dalam energi berlimpah
Dan
lebih baik aku biarkan saja hatimu terbelah
Aku
tak mau peduli meski hati ini luka bernanah
Ini
memang terasa nyeri sekali tetapi
biarkanlah
Segalanya mungkin saja
sudah tergaris di surah
Yang
meskilah aku jalani dalam senang dan susah
Kp Pangarakan, Bogor
Minggu, 06 Maret 2016 – 14:32 WIB
BULAN SEMBUNYI DI BALIK AWAN
Karya
: Ki Slamet 42
Di
jelang petang ketika malam merayap perlahan
Kususuri
jalan yang ditumbuhi semak berserakan
Di
tepian kali Kudil yang airnya mulai kehitaman
Yang
banyak dikotori limbah sampah perumahan
Dari
orang-orang yang tak peduli lagi
kebersihan
Di
langit sana ada bulan sembunyi di balik awan
Bersinarkan
cahaya putih yang kuning keemasan
Tersenyum
malu tiada mau pamer kerupawanan
Namun
pancaran cahayanya dipenuhi kesejukan
Bagaikan
cinta kasih Sang Ibu sepanjang zaman
Ketika
kaki terasa lelah untuk melangkah berjalan
Maka
akupun duduklah lalu menyandarkan badan
Pada
sebongkah batu kali kudil yang ada di tepian
Yang ditumbuhi lumut-lumut hijau
menyegarkan
Dan
kepala tengadah mataku menatap sang bulan
Bulan
yang masih di balik awan seperti beri pesan
Agar
kita tak bersikap dumeh penuh keangkuhan
Angkuh
saat kita bergelimangkan harta kekayaan
Dumeh
ketika kita mendapatkan amanah jabatan
Congkak
dan sombong ketika kita dalam kejayaan
Merasa
diri kita paling religius mesti disingkirkan
Merasa
diri kita yang paling benar harus dijauhkan
Merasa
diri kita saja yang paling pintar,
lenyapkan
Merasa
diri kita saja yang paling terkuat, sirnakan
Oleh
karena semuanya itu hanyalah milik T u h a n
Kp Pangarakan, Bogor
Sabtu, 05 Maret 2016 – 09:44 WIB
JERAT KUAT TEMALI TEKNOLOGI
KARYA
: Ki Slamet 42
Di
era canggihnya teknologi informasi abad ini
Tak
ada ruang yang tak bisa dimasuki disusupi
Geliat
dalam rontaan, mencelat kuat merasuki
Pikiran
pun jadi instan tak ada lagi konsistensi
Semuanya
seisi dunia tergenggam di jari jemari
Terlihat
jelas seperti gambar lopian Kresna Sri
Di
seluruh instansi baik swasta ataupun negeri
Di
dalam masyarakat di kendaraan transportasi
Di
berbagai transaksi juga dalam proses edukasi
Gunakan
komunikasi pacu cepat tepat efisiensi
Serasa
tak ada waktu istirahat haruslah berlari
Tuk
mengejar target yang harus di capai dapati
Siapa
gerangan yang lambat pasti ditinggal pergi
Akan
tersisih tiada belas kasih menyesallah
diri
Meski
dengar suara adzan panggilan Ilahi Rabbi
Untuk
lakukan kewajiban sholat lima kali sehari
Kadang
seperti tak dengar tiada jua anjak pergi
Sebab
sedang asyik menikmati media komunikasi
Banyak
orang bijak beri pesan religi
wanti-wanti
Jangan
sampai terlena akan kesenangan duniawi
Sebab
sekali terjerat amatlah sukar melepas lagi
Tenggelam di kubang noda kotor tiada bertepi
Tanpa
bisa berteriak
curahkan penyesalan diri
Lalu
kibaskan tangan kuat-kuat renang ke tepi
Maka
kita seharusnya pandai-pandai menyikapi
Kebenaran keyakinan
dan kekuatan jiwa religi
Meskinya
menjadi acuan dasar melangkah pasti
Dalam
atasi berbagai persoalan yang kita hadapi
Di
dalam alam dunia maya yang tiadalah
bertepi
Penuh
dengan godaan sosial, ilmu dan teknologi
Kp Pangarakan, Bogor
Sabtu, 05 Maret 2016 – 14:35 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar