“TAK PUNYA ETIKA DAN RASA
MALU”
Karya Slamet Priyadi-Minggu,
16 Des. 2012
Meniti jalan setapak
Di kaki bukit Parigi
Saat cahaya Mentari pagi
Menelusup celah-celah daun bambu
Di simpang kelok jalan bertugu batu
Nampak dua ekor anjing berpadu Satu
Saling ungkapkan hasrat nafsu
Merasa terganggu atas kehadiranku
Keduanya menyalak keras ke arahku
Seakan protes dan
berkata
Wahai manusia…
Kami bukan sepertimu
Yang memiliki etika dan rasa malu
Jadi, silahkan lewati jalan ini
Jangan ganggu kenikmatan kami
Akupun segera berlalu…
Melewati gundukan semak-semak jalan setapak
Di balik rimbunnya daun bambu dan pohon salak
Nampak di sana,
Dua ekor kera jantan dan betina
Sedang ungkapkan hasrat senggama
Merasa terganggu atas kehadiranku
Keduanya, dengan wajah galak mata terbelalak
Menatap garang ke arahku
Seakan protes dan berkata,
Wahai manusia…
Kami bukan sepertimu
Yang memiliki etika dan rasa malu
Jadi, lewati jalan ini
Jangan ganggu kenikmatan kami
Akupun terus berlalu…
Tak terasa waktu berganti
Surya pagi pun semakin meninggi
Aku terus melangkah
Meniti jalan setapak di kaki bukit Parigi
Melewati kebun yang buahnya mulai ranum
Melewati pematang sawah
Yang padinya mulai menguning
Dua wanita jelita menyapa
Dengan tingkah menggoda
Yang mengundang hasrat jiwa
Wahai tuan…
Kami tahu, tentu tuan seperti yang lain
Mampirlah di kedai kami
Ada kopi kehangatan
Sesuai selera dan rasa yang tuan inginkan
Akupun terus berlalu…
Ketika peluh membasahi seluruh tubuh
Ketika rasa lelah mulai mengeluh
Aku putuskan untuk henti berjalan
Rehat, istirahat kembali segarkan badan
Segera aku hampiri kedai di ujung jalan
Pesan secangkir kopi dan setatakan gorengan
Dengan lemah gemulai dan kemayu
Perempuan kedai itu buatkan kopi pesananku
Sambil tawarkan hasrat tak malu-malu
Wahai tuan…
Tadi ada tiga orang dari kota sama seperti tuan
Dan, sekarang pun masih di dalam
Biasa tuan, cari belai-belai kehangatan
Apakah tuan juga berkeinginan sama seperti mereka?
Ucap perempuan itu sambil tertawa cekikikan
Segera aku bayar secangkir kopi dan gorengan
Tak perlu etika dan kata-kata terucapkan
Sambil berkata dalam hati
“Benar-benar tak punya etika dan rasa malu”
Segera, akupun berlalu
dari kedai itu
Wahai tuan…
BalasHapusTadi ada tiga orang dari kota sama seperti tuan
Dan, sekarang pun masih di dalam
Biasa tuan, cari belai-belai kehangatan
Apakah tuan juga berkeinginan sama seperti mereka? Ucap perempuan itu sambil tertawa cekikikan. Segera aku bayar secangkir kopi dan gorengan. Tak perlu etika dan basa-basi lagi terucapkan. Sambil berkata dalam hati,
“Benar-benar tak punya etika dan rasa malu” lagi. Segera, aku langkahkan kaki berlalu dari kedai itu.