Image "Umbut Mudo" |
Blog Sita Rosita – Minggu, 28 Juli 2013 – 17:40 WIB – Alkisah seorang bujang tampan bernama Umbut Mudo yang sudah seharian penuh duduk bermenung seorang diri di bangku panjang depan halaman rumahnya, rumah bergonjong berujung dua. Ia tak mau makan juga tak mau minum. Pandangannya kosong ke depan sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
Melihat keadaan putranya semacam itu ibunya menjadi risau. Dua kali ibunya bertanya kepada Umbut Mudo, gerangan apakah yang menyebabkan anaknya bermenung diri dan bermuram durja, tapi tak sepatah kata pun keluar jawaban dari mulutnya. Umbut Mudo diam saja. Mungkin ia memang tak mendengar pertanyaan ibunya karena ia terlalu asyik dengan lamunannya itu. Ya, Umbut Mudo memang sedang memikirkan dan merindukan seorang gadis remaja yang cantik jelita bernama Puti Gelang yang berada di Kampung Aur, tetangga desanya. Hal inilah yang menambah kekhawatiran ibunya karena Umbut Mudo adalah anak lelaki satu-satunya yang teramat dikasihi dan disayanginya yang menjadi harapan keluarganya.
Menjelang malam tiba, ibunya kembali menanyakan kepada putranya yang masih bermenung diri,
“Umbut Mudo, anakku! Mengapa kau bermuram durja? Sudah dua hari ini ibu melihatmu bermenung diri saja, bahkan seharian ini ibu tak melihatmu makan dan minum. Ada apakah gerangan?” Sambil memegang bahu Umbut Mudo, ibunya kembali bertanya dengan kata-kata yang lemah lembut, penuh kasih, “Adakah yang kau inginkan dalam hatimu? Apakah kau menginginkan seorang istri, nak?”
“Ibu, sesungguhnya pertanyaan seperti itulah yang kutunggu-tunggu sejak kemarin. Aku memang menghendaki seorang gadis untuk menjadi istriku. Akan tetapi, aku malu berterus terang untuk mengatakannya kepada ibu karena aku masih menganggur belum mempunyai pekerjaan.” Jawab Umbut Mudo kepada ibunya sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Umbut Mudo, Umbut Mudo... kalau itu yang kau inginkan, kenapa malu mengatakannya? Aku ini kan ibumu. Siapakah gadis yang kau inginkan dan dari manakah dia? Sekarang terserah kau saja. Apa pun yang terjadi nanti ibu akan melamarkannya untukmu!” berkata ibunya kepada Umbut sambil kembali menepak-nepak pundak anaknya.
Suatu ketika sebagaimana tradisi kebiasaan menjelang bulan puasa, Dimana para perantau kembali pulang ke desanya, Kampung Aur mengadakan perayaan penyambutan yang dihadiri oleh seluruh penduduk Kampung Aur. Puti Gelang dan Umbut Mudo pun datang ke tempat perayaan tersebut. Di sana mereka berjumpa, dan Umbut Mudo tak menyia-nyiakan kesempatan ini karena ia sudah lama tak melihat dan berjumpa dengan Puti Gelang, seorang gadis jelita yang penuh dengan sifat manja, sedikit angkuh. Bicaranya ceplas-ceplos, tak berpikir lagi kalau apa yang dikatakannya itu menyakitkan orang lain atau tidak. Akan tetapi, justru sifat yang demikian itu yang telah membuat Umbut Mudo tergila-gila pada Puti Gelang. Hal ini bisa dimaklumi karena Puti Gelang adalah anak seorang saudagar kaya yang berlimpah hartanya, mas, intan , berlian banyak dimilikinya. Ayahnya sangat mencintai dan sangat memanjakan putri satu-satunya itu. Maka tak heran jika Puti Gelang pun banyak memakai perhiasan emas berupa gelang, kalung, anting dan cincin yang mahal-mahal. Sebab itu pula ia dinamakan Puti Gelang. Sifat manja dan kecantikannya itulah yang membuat Umbut Mudo tergila-gila pada Puti Gelang.
Saat berjumpa dengan Puti Gelang, Umbut Mudo menjadi gugup, bibirnya bergetar tak bisa mengucap kata-kata. Ia diam berdiri kaku laksana patung batu. Puti Gelang pun memecah kebekuan dengan mengucapkan sebait pantun,
“Lama tak jumpa sekali jumpa di perayaan Aur
Hasrat hendak berbaur tapi mulut tak bisa bertutur
Apalah yang bisa aku harap dari bujang penganggur
Meski tampan, kaya dan berharta, tapi tak terukur”
Karena pantunnya tak berbalas, Puti Gelang tertawa dan berlalu meninggalkan Umbut Mudo sambil berkata ketus penuh ejekan, “Ha, ha, ha, ha...Umbut, Umbut, kau pulanglah! Terus terang, aku tak suka dengan pemuda sepertimu. Wajahmu tampan, orang tuamu pun kaya, tetapi kau tak punya keberanian, dan belum bekerja pula!”
Umbut Mudo masih berdiri ditempatnya. Ia hanya bisa menatap nanar ke arah Puti Gelang yang meninggalkan dirinya dengan kata-kata yang sungguh menyakitkan hatinya. Akan tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Semuanya itu memang kesalahan dirinya yang tak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Ia begitu larut dengan perasaan cinta yang begitu mendalam terhadap Puti Gelang sehingga jiwanya menjadi terbelenggu tak bisa mengucap kata-kata, tak bisa berbuat apa-apa.
Sejenak ia menenangkan hati, pikiran dan jiwanya. Setelah mulai tenang, malam itu juga segera ia pun melangkahkan kaki, berjalan pulang menuju ke rumahnya. Tiba di rumah ia langsung menuju ke kamarnya. Langsung melentangkan tubuhnya di tempat tidur. Mata menatap kosong ke arah atap kamarnya. Semua kata-kata yang telah diucapkan oleh Puti Gelang, gadis yang teramat dicintainya itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Tawa ejekan, kata-kata celaan dan hinaan telah membuat hatinya semakin sakit, “Gelang, sungguh kata-kata ejekan, hinaan, dan celaanmu itu telah membuat hatiku terasa pedih dan sakit sekali. Kelak kau juga akan merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan saat ini bahkan lebih daripada itu!”
Saat ayam berkokok jelang waktu subuh, ibu Umbut Mudo diam-diam mengintip kamar anaknya itu. Dilihatnya anaknya itu belum tidur juga, tubuhnya terlentang di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamarnya. Kedua tangannya disilangkan di atas bantal di bawah kepalanya.
Melihat keadaan seperti itu ibu Umbut Mudo menjadi sedih dan khawatir, ia pun bertekad akan datang ke rumah orang tua Puti Gelang untuk melamar buat anaknya. Ia Sudah tahu kalau gadis yang diinginkan anaknya adalah Puti Gelang putri dari saudagar kaya di Kampung Aur yang juga masih sahabat dari suaminya.
Diceritakan. Pada siang harinya setelah waktu dzuhur ibu Umbut Mudo pergi ke Kampung Aur menemui orang tua Puti Gelang untuk melamarkan putranya. Oleh orang tua Puti Gelang disarankan agar ibu Umbut Mudo berkata langsung dengan putrinya itu. Setelah dipanggil ayahnya Puti Gelang keluar dari kamarnya dan ibu Umbut Mudo langsung berkata kepada Puti Gelang yang mana maksud dan tujuan datang ke rumahnya hendak melamar Puti Gelang untuk anaknya Umbut Mudo. Sungguh tak disangka, tak dinyana ibu Umbut Mudo jika jawaban Puti Gelang sangat merendahkan putranya dan dia sendiri sebagai ibunya.
“Ibu Umbut, sampaikan saja kepada anak ibu, kalau Umbut Mudo bukanlah tipe laki-laki idamanku. Dia memang tampan, tapi tidak bekerja. Aku juga tahu dia kaya, tapi kekayaannya hanya dari warisan. Untuk apa mempunyai harta berlimpah tapi didapat dari warisan, dan harta warisan akan habis dipakai.”
Mendengar jawaban Puti Gelang, hati ibu Umbut Mudo menjadi terluka dan sakit hati. Ia merasa dipermalukan, dan anaknya direndahkan tak dipandang sebelah mata. Dan, ia kembali pulang ke rumah meninggalkan Kampung Aur dengan membawa hati yang terluka. Setiba di rumah ia langsung berkata kepada anaknya, Umbut Mudo kalau ia baru saja pulang dari Kampung Aur melamar Puti Gelang untuk dirinya akan tetapi ditolak. Dan ibunya menyarankan agar Umbut Mudo mencari gadis lain saja yang benar-benar mencintai dirinya.
Mendengar penuturan dari ibunya kalau ibunya sudah dipermalukan dan dirinya pun sudah direndahkan seperti itu, Umbut Mudo pun lalu mecari orang pintar, dukun sakti yang bisa mengobati luka hatinya dan bisa pula membuat hati Puti Gelang menjadi tergila-gila kepadanya. Dukun sakti itu dijumpai masih dekat dengan Kampung Aur tempat tinggal Puti Gelang. Kepada dukun sakti itu Umbut Mudo meminta bantuan,
“Inyik(kakek), tolonglah bantu aku. Aku telah disakiti dan ibuku telah dihina oleh gadis Kampung Aur bernama Puti Gelang putri dari saudagar kaya di sana, inyik!”
“Jadi apa yang kau inginkan dariku, anak muda?” Tanya sang dukun kepada Umbut Mudo,
“Jadikanlah Puti Gelang tergila-gila padaku selamanya, inyik” jawab Umbut Mudo.
Oleh sang dukun, Umbut Mudo diberi sejenis alat tiup bernama puput yang terbuat dari perupuk tumbuhan sejenis rumput. Kepada Umbut Mudo sang dukun memberi keterangan, “Dengarkan baik-baik apa yang aku katakan padamu, Umbut Mudo! Pelet puput perupuk ini harus sering kau tiup dan mainkan. Semakin sering kau memainkannya, maka gadis yang kau inginkan itu akan semakin tergila-gila padamu. Kalau tak jumpa sehari saja hatinya akan merana dan lama-lama dia bisa menjadi sakit dan meninggal.”
“Tidak mengapa, inyik! Aku sudah terlanjur sakit hati kepadanya, dan aku ingin sakit hatiku ini terbalaskan.” Jawab Umbut Mudo sambil memegang dadanya.
Singkat cerita, setelah mendapatkan pelet puput perupuk dari sang dukun, Umbut Mudo langsung pergi ke Kampung Aur menuju rumah Puti Gelang. Di sana kebetulan Puti Gelang sedang menenun kain di anjungan rumah. Umbut Mudo pun mulai meniup puput perupuk yang sudah berisi mantra pelet dari sang dukun sakti. Berulang-ulang puput perupuk ditiupnya. Dan hasilnya mulai nampak.
Putri Gelang sayup-sayup mendengar bunyi suara puput perupuk yang ditiup Umbut Mudo. Kepalanya mulai terasa pening, badannya mulai demam, ia mulai mengigau karena yang ada dalam ingatannya, yang terlihat di matanya hanya wajah Umbut Mudo saja. Jika mendengar bunyi puput perupuk yang dimainkan Umbut Mudo, Ia terus mengigau memanggil-manggil nama Umbut Mudo. Sampai akhirnya ia benar-benar jatuh sakit tak bisa berdiri, hanya beraring saja di tempat tidur. Dan yang hanya diingat dan dipanggilnya hanya nama Umbut Mudo. Keadaan seperti ini telah membuat ayahnya menjadi sedih. Maka datanglah ayah Puti Gelang menjemput Umbut Mudo. Jika Umbut Mudo datang menemuinya, seketika Puti Gelang sembuh seperti sedia kala, tertawa dan bermanja-manja. Akan tetapi setelah Umbut Mudo pergi Puti Gelang kembali sakit, berbaring saja di tempat tidur yang disebut-sebut hanya nama Umbut Mudo.
Tentu keadaan semacam itu tak bisa didiamkan terus menerus. Apa boleh buat, demi keselamatan putri satu-satunya itu maka ayah Puti Gelang melamar Umbut Mudo untuk dijodohkan dengan anaknya, putri satu-satunya yang sangat dikasihinya itu. Akan tetapi Umbut Mudo masih menaruh dendam dan sakit hati dengan penolakan dan penghinaan Puti Gelang kepada dirinya saat bertemu di perayaan tahunan jelang Ramadhan, dan saat dilamar oleh ibunya. Kepada ayah Puti Gelang, Umbut Mudo berkata, “Tapi maaf, bapak! Aku masih terngiang-ngiang perkataan Puti Gelang kepadaku tempo hari:
“ Umbut, Umbut, kau pulanglah! Terus terang, aku tak suka dengan pemuda sepertimu. Wajahmu tampan, orang tuamu pun kaya, tetapi kau tak punya keberanian, dan belum bekerja pula!”
“Ibu Umbut, sampaikan saja kepada anak ibu, kalau Umbut Mudo bukanlah tipe laki-laki idamanku. Dia memang tampan, tapi tidak bekerja. Aku juga tahu dia kaya, tapi kekayaannya hanya dari warisan. Untuk apa mempunyai harta berlimpah tapi didapat dari warisan, dan harta warisan akan habis dipakai.”
“Jadi aku belum bisa menerima lamaran bapak untuk Puti Gelang karena saya merasa belum punya pekerjaan sedang harta yang saya punya pun hanya harta warisan yang satu saat akan habis jika dipakai terus.”
Mendengar penolakan dari Umbut Mudo, ayah Puti Gelang langsung kembali ke Kampung Aur menemui putrinya yang masih terkulai lemah di tempat tidur. Lalu berkata kepada putrinya,
“Gelang putriku, kau tabah saja dan berdoalah selalu kepada Tuhan, agar penyakitmu dapat segera disembuhkan. Ayah akan terus mencoba dan berupaya agar Umbut Mudo mau menjadi suamimu!” Ayah Puti Gelang berupaya menghibur dan menguatkan hati putrinya.
“Ayah, jika Umbut Mudo menolakku, tentu dia masih menaruh dendam kepadaku. Biarlah itu tak mengapa. Mungkin hanya kematianku yang bisa memuaskan perasaan dendamnya.”
Sebenarnya Umbut Mudo masih memiliki perasaan cinta yang begitu besar terhadap Puti Gelang. Maka ketika mendengar Puti Gelang sakitnya bertambah parah ia menjadi tak tega dan kasihan. Apalagi puput prupuk yang mengandung mantra selalu ditiup berulang-ulang justru bukannya mengobati akan tetapi malah menambah sakit Puti Gelang semakin parah.
Kasihan dan tak tega dengan penderitaan sakit yang berkepanjangan dari orang yang sangat dicintainya, akhirnya Umbut Mudo kembali mendatangi dukun sakti yang telah memberinya pelet puput prupuk agar peletnya dicabut kembali dan meminta ramuan obat untuk Putri Gelang segera pulih seperti sediakala. Sebelum pergi ia berpesan kepada ibunya agar jika ia meninggal nanti agar tubuhnya dimakamkan di tempat yang berseberangan dengan makam Puti Gelang.
Tiba di tempat sang dukun sakti, Umbut Mudo menjelaskan segalanya tentang keadaan Puti Gelang, gadis yang teramat dicintai dan dikasihinya itu. Sang dukun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita dan permintaan dari Umbut Mudo, lalu berkata: “Bukankah dulu sudah aku katakan padamu, Umbut Mudo. Jika pelet puput prupuk ini tak ada obatnya selain kematian. Dan, satu-satunya obat yang bisa menyembuhkannya adalah jika kau mau menggantikannya dengan nyawamu sendiri.”
“Tak mengapa, inyik! Bagiku yang penting asalkan orang yang kucintai dapat sembuh kembali.” Demikian pinta Umbut Mudo kepada dukun sakti.
“Baiklah jika demikian, lecutlah tubuh Puti Gelang dengan lidi ini. Mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubunnya sebanyak tiga kali berturut-turut. Akan tetapi sebelum kau lakukan itu, harus membaca mantranya terlebih dahulu!” kata sang dukun kepada Umbut Mudo sambil memberikan sebatang lidi yang diambil dari umbut lidi kelapa gading. Setelah semua persyaratan dan penjelasan dari sang dukun telah didapatnya, Umbut Mudo pun langsung menuju rumah Puti Gelang.
Di rumah Puti Gelang sudah ramai orang berkumpul. Para tetangga, kerabat dan handai tolan yang akan melepas secara ikhlas kepergian Puti Gelang untuk menghadap Sang Khalik. Kondisi tubuhnya sudah sedemikian parah. Ia hanya berbaring saja di tempat tidur, badannya hanya tinggal kulit yang masih melekat di tulang, kurus, kering kerontang. Wajahnya begitu pucat, matanya cekung tak bersinar tetapi masih dapat melihat orang-orang yang berada di sekitarnya. Perasaan hatinya sangat bahagia ketika orang yang dinanti-nantikan berada di sisinya. Ia tersenyum sambil menatap wajah Umbut Mudo. Sejenak kemudian, Umbut Mudo melakukan apa yang telah diperintahkan sang dukun. Melecut tiga kali mulai dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun tubuh Puti Gelang. Tak lama kemudian Puti Gelang pun berangsur-anggsur sembuh dan tubuhnya sehat kembali seperti sedia kala. Oleh kedua orang tua mereka Puti Gelang, dan Umbut Mudo dinikahkan. Helat pernikahan mereka dirayakan secara besar-besaran. Keduanya hidup berbahagia.
Pada suatu hari, sepulang dari berburu, Umbut Mudo tiba-tiba jatuh sakit. Badannya lemah tak bisa digerakkan. Penyakitnya itu tak bisa disembuhkan meskipun sudah banyak dukun yang berusaha mengobatinya. Ia merasa ajalnya sudah semakin dekat sesuai dengan janjinya dulu, pada dukun sakti bahwa Puti Gelang hanya bisa disembuhkan dengan mengganti nyawanya sendiri. Kemudian istrinya, Puti Gelang dipanggilnya lalu diceritakan semuanya. Dengan suara yang semakin melemah, Umbut Mudo berkata kepada istrinya, “Puti Gelang, meskipun aku akan mati sekarang, tetapi aku puas karena Tuhan telah mengabulkanku untuk hidup bersamamu, menjadi suamimu, menjadi orang yang pada akhirnya sangat kau cintai. Gelang... aku... sangat... mencintaimu...!” demikian kata-kata terakhir yang di ucapkan Umbut Mudo kepada istrinya, Puti Gelang. Selang satu bulan kemudian Puti Gelang pun meninggal dunia. Menyusul suaminya Umbut Mudo. Sesuai dengan pesan mereka kepada orang tuanya, mereka berdua dimakamkan di daerah bukit yang saling berseberangan. Puti Gelang dimakamkan di bukit Kampung Aur sedangkan Umbut Mudo dimakamkan di bukit Kampung Tibarau. (SPriyadi1957)
Penulis:
Slamet Priyadi Pangarakan, Bogor
Sita Blog: "NINA BOBO": Cerita Rakyat Sumatra Barat: “Pelet Puput Perupuk ...: Image "Umbut Mudo" Blog Sita Rosita – Minggu, 28 Juli 2013 – 07:33 WIB – Alkisah seorang bujang tampan bernama Umbut Mudo y...
¬ hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!
BalasHapusblog cerita daerah emang keren
BalasHapusdesain toko minimalis depan rumah
desain toko minimalis sederhana
desain toko yang menarik
desain toko minimalis ukuran 4x6
desain toko kecil depan rumah
desain toko modern minimalis
desain toko kecil unik
desain toko minimalis pinterest
desain toko baju minimalis
desain toko sembako