Blog Sita : "Sastra Nusantara"
Rabu, 26 Febuari 2020 - 07.18 WIB
F. ARJUNA
MENGHUKUM DIRI
Sita Rosita |
Diceritakan setelah beberapa lama para
Pandhawa berada di negara Pancala beritanya tersebar sampai ke negara Astina.
Hal ini telah membuat Duryudana semakin panas hatinya. Di benaknya terpikir
bahwa setelah Pandhawa menjadi menantu Prabu Drupada, pada akhirnya akan
memujudkan persatuan yang kokoh antara bangsa Yudawa sehingga dapat memperkokoh
Pandhawa. Oleh sebab itu, sebelum persatuan itu dapat terwujud, Duryudana
semakin giat berupaya membinasakan para Pandhawa. Ketika itu Karna mengusulkan
agar para Pandhawa diajak berperang, tetapi ditolak ditolak mentah-mentah oleh
sesepuh Astina, seperti Bisma, Drona dan Widura. Bahkan mereka menasehati
Drestarastra agar separuh negara Astina diberikan kepada para Pandhawa. Sang
Drestarastra dapat menerima tersebut sehingga para Pandhawa dipanggil ke Astina
dan diberi wilayah di padang Kani Dawaprasta.
Setelah padang tersebut dibuka akhirnya
menjadi sebuah negara yang dipimpin oleh Yudhistira, yaitu negara Indraprasta.
Hari demi hari negara tersebut menjadi semakin besar dan makmur. Para Pandhawa
dan rakyatnya hidup tentram tanpa kekurangan suatu apapun. Apalagi setelah
perkawinan antara Pandhawa dengan Dewi Drupadi telah dikaruniai lima orang
putra, di antaranya; Dewi Drupadi dengan Yudhistira melahirkan seorang putra
bernama Srutakarna, Dewi Drupadi dengan Bima melahirkan seorang putra bernama
Srutasena, Dewi Drupadi dengan Arjuna melahirkan seorang putra bernama
Pratiwindya, Dewi Drupadi dengan Nakula melahirkan seorang putra bernama
Satanika, sedangkan Dewi Drupadi dengan Sadewa melahirkan seorang putra bernama
Prasani.
Pada suatu hari ada seorang Brahmana
menghadap Arjuna. Sang Brahmana meaporkan bahwa semua ternaknya telah hilang
dicuri orang. Oleh karena itu, brahmana tersebut memohon jaminan keamanan di
tempat kediamannya.
Mendapat laporan seperti itu, Arjuna merasa
malu dan ingin segera menangkap pencurunya. Untuk itu ia mengambil senjata yang
tersimpan di dalam kamar. Ketika Arjuna masuk ke kamarnya, tanpa disengaja ia
telah melihat Dewi Drupadi sedang duduk-duduk bersama Yudhistira sehingga
pikirannya menjadi bingung. Apakah ia akan menepati kewajibannya sebagai
seorang kesatria atau tidak. Jika harus menepati maka ia harus menggangu
saudaranya yang sedang duduk bersama Dewi Drupadi untuk mengambil senjatanya,
dengan konsekwensi harus hidup di hutan selama sepuluh tahun. Namun sebagai
seorang kesatria, ia merasa malu jika tidak dapat menjamin ketentraman
negaranya.
Akhirnya Arjuna memutuskan untuk lebih
memberatkan kedudukannya sebagai seorang kesatria. Oleh karena itu, Arjuna pun
segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil senjatanya, lalu ke luar mencari
pencuri hewan itu. Tak lama kemudian pencuri
itu dapat ditangkapnya dan diperintahkan untuk mengembalikan hewan hasil
curiannya itu kepada sang brahmana.
Setelah selesai menjalankan tugasnya sebagai
seorang kesatria, Arjuna lalu menghadap Yudhistira, ia menceritakan tentang
semua hal ihwalnya ketika masuk kamar. Namun demikian, Arjuna tetap merasa
telah mendengar janji yang telah disepakati oleh para Pandhawa. Oleh karena
itu, Arjuna lalu memohon izin kepada Yudhistira telah memberi ampun karena
perbuatan yang telah dilakukan adiknya itu dipaksa oleh keadaan, akan tetapi
Arjuna tetap memegang teguh pada janjinya, ia tetap berangkat hidup di hutan.
Konon kepergian Arjuna ke hutan dengan
menyeberangi banyak danau dan sungai, menembus hutan belantara, dan akhirnya
sampailah ia di mata air sungai Gangga. Di sini, Arjuna memutuskan untuk
mendirikan gubuk. Setelah gubuk selesai dibuat, Arjuna mandi di sungai Gangga.
Ketika sedang mandi, tiba-yiba kakinya seperti merasa ada yang menariknya
sampai jauh ke dasar sungai. Lalu Arjun pun berkata,
“Siapakah engkau,
aku ini berada di mana?” tanya Arjuna.
“Nama saya Dewi
Ulupi, putri raja Naga, paduka berada di istana Kaurwa. Hamba ini masih perawan
dan jatuh cinta kepada paduka, karena itu sudilah kiranya paduka memperistri
hamba!” jawab
Dewi Ulupi.
“Ketahuilah Ulupi!
Aku sudah bersumpah untuk hidup sebagai brahmacari, tidak kawin selama dua
belas tahun. Aku akan memenuhi permintaanmu, tetapi katakanlah kepadaku,
bagaimana agar permintaanmu itu dapat aku penuhi tetapi tidak melanggar
sumpahku?” tanya
Arjuna menjawab keinginan Dewi Ulupi.
“Janji paduka untuk
wadat itu kan hanya kepada Dewi Drupadi. Jadi sumpah paduka tidak akan tuan
langgar jika berkasih-kasihan kepada hamba. Tolongah hamba atau hamba akan
membunuh diri!” jawab Dewi Ulupi setengah memaksa Arjuna.
Sambil tetap memikirkan darma dalam hatinya,
Arjuna memenuhi keinginan Dewi Ulupi. Malam itu Arjuna pun menghabiskan
waktunya di istana Kaurwa, dan pada keesokan harinya Arjuna mendapat hadiah
dari Dewi Ulupi berupa jimat yang menyebabkan dirinya dapat mengalahkan makhluk
lautan.
Selanjutnya, Arjuna pun kembali melanjuttkan
petualangannya di hutan. Setelah beberapa hari melakukan perjalanan, sampailah
ia di kerajaan Manipura yang letaknya berada di bukit Himalaya. Di sini Arjuna
kawin denganCitranggada dan tinggal di kerajaan tersebut selama kurang lebih
tiga tahun. Ketika Citranggada melahirkan seorang putra, Arjuna memeluknya
dengan lemah lembut, lalu melanjutkan pengembaraannya kembali.
Alkisah Arjuna sampai di pesisir laut
selatan, sebuah kawasan yang tidak berpenghuni. Tempat itu amatlah sunyi, maka
timbul keinginan Arjuna untuk mencari tahu. Diperoleh informasi bahwa tempat
tersebut memang sangat angker, dan barang siapa yang berani mandi di danau yang
berada di kawasan tersebut akan disantap oleh lima ekor buaya raksasa.
Mendengar berita tersebuat membuat Arjuna
menjadi penasaran ingin membuktikan kebenaran berita tersebut dan ia pun segera
menceburkan dirinya ke danau tersebut. tak berapa lama ia menceburkan ke danau
itu, tiba-tiba seekor buaya besar menyambarnya. Dan terjadilah pertempuran
antara Arjuna dengan buaya raksasa. Makhluk tersebut dapat diseret oleh Arjuna
sampai ke tepian danau yang tiba-tiba buaya raksasa itu berubah menjadi seorang
gadis cantik rupawan yang berhiaskan permata kedewaan. Gadis itu mendekati
Arjuna lalu berkata,
“Ketahuilah paduka!
Hamba adalah Yaga, seorang bidadari yang dicintai oleh Kuwera, dewa kekayaan.
Oleh karena hamba dan keempat saudara hamba menggoda seorang brahmana, maka
kami dihukum di danau ini selama seratus tahun. Atas hukuman itu, kami memohon
ampunan, dan akhirnya diberi ampunan, kami akan menjadi buaya sampai seorang
yang berbudi luhur menyeret kami ke daratan. Demikian penuturan dari Yaga dengan
harapan Arjuna mau membebaskan Yaga dan keempat saudaranya.
Akhirnya Arjuna pun membebaskan Yaga dan
keempat saudaranya. Setelah itu Arjuna kembali ke Manipura menjenguk anak dan
istrinya untuk terakhir kalinya.nya
G. ARJUNA
MEMPERISTRI DEWI SUBDRA
Selama Arjuna hidu di dalam hutan, ia pernah
mengunjungi raja Dwaraka Prabu Bathara Kresna. Kedatangan Arjuna diterima
dengan penuh kegembiraan. Kebetulan pada waktu itu di gunung Raiwataka sedang
diadakan keramaian besar. Banyak pembesar yang datang berkunjung. Kresna yang
saat itu juga akan berkunjung ke sana mengajak Arjuna bersama-sama dengan
Baladewa dan Subadra. Waktu itulah Arjuna bertemu dengan Subadra yang cantik
jelita untuk pertama kalinya sehingga merasa tertarik.
Kresna dapat mengetahui isi hati Arjuna
terhadap adiknya Subadra. Oleh karena itu, Kresna menerangkan kepada Arjuna
bahwa untuk menentukan jodoh Subadra akan dipilih seorang ksatria yang sakti
dan gagah berani.
Mendengar sabda Bhatara Kresna, Arjuna
sangat bersukacita. Ia lalu mengutarakan isi hatinya dan atas persetujuan
Kresna, Arjuna berencana melarikan Subadra. Ketika bangsa Yudawa pulang dari
Raiwataka dengan mengendarai kereta, Arjuna melaksanakan rencananya itu. Kereta
yang dinaiki Subadra dilarikan kencang-kencang sehingga pengiringnya
berteriak-teriak bahwa Subadra dilarikan orang.
Bangsa Yudawa, terutama Baladewa menjadi
sangat marah dan akan mengejar kereta yang dilarikan oleh Arjuna itu. Kresna,
yang telah mengenal betul watak kakaknya Baladewa segera menentramkan hati
kakaknya itu,
“Wahai kanda
Baladewa yang hamba hormati! Bangsa Yudawa memang tidak akan tinggal diam
melihat anak atau saudara perempuannya diperlakukan seperti binatang atau budak
belian. Idam-idamannya adalah bisa mendapatkan jodoh yang berwatak kesatria.
Idam-idaman kita pun demikian adanya. Caranya dapat dilakukan dengan cara
mengadakan sayembara. Namun setiap kita ingin menyelenggarakan sayembara selalu
tertunda. Baru saat inilah Arjuna mengingatkannya. Jika Arjuna bukan seorang
kesatria utama, sangat mustahil ia berani melarikan Subadra”. Demikian tutur Arjuna
kepada kakaknya Baladewa. Sejenak kemudian Arjuna melanjutkan kata-katanya,
“Ketahuilah Kanda! Umumnya
wanita utama, harus dibeli dengan keberanian berperang dengan segala resikonya.
Ibaratnya ‘membedah kota memboyong putri’. Maka dari itu jika Kakanda akan
mengejar Arjuna, pada akhirnya akan menimbulkan peperangan dan karena pengaruh
darah muda, kesudahannya dinda akan kehilangan saudara. Semoga Kanda masih
ingat! Bukankah dinda Bratajaya Subadra itu sebenarnya juga telah dijodohkan
dengan Arjuna. Karena itu sebaiknya Arjuna kita panggil kembali, kemudian kita
kawinkan dengan Subadra”.
Mendengar penuturan Kresna, kemarahan
Baladewa menjadi reda. Ia lalu menuruti kehendak Kresna. Selanjutnya, Arjuna
segera dipanggil kembali dan dikawinkan dengan Subadra. *) Setelah berlangsungnya perkawinan tersebut, Arjuna tinggal di
Dwaraka, ibukota bangsa Yudawa. Selama kurang lebih satu tahu ia menikmati
kesenangan dalam hidup perkawinannya, dan menghabiskan tahun-tahun
pembuangannya di Pusakara. Kemudian Arjuna kembali ke Indraprasta. Mula-mula ia
bersujud di kaki Yudhistira, kemudian memberikan penghormatan kepada para
brahmana, dan selanjutnya menjumpai Drupadi yang menerimanya dengan sukacita
seraya berseloroh,
“Aku kira kamu lebih
menyukai berdampingan dengan Subadra. Orang mengatakan bahwa tongkat yang kedua
itu menggeser kedudukan tongkat pertama di dalam berkas”. Sapa Drupadi.
Arjuna menenangkan hati Dewi Drupadi dan
memohon pengampunannya. Sementara itu Subadra bersujud di kaki Dewi Kunthi lalu
kepada Dewi Drupadi. Ketika Subadra bersujud di kaki Dewi Drupadi, Subdra
berkata,
“Hambalah dayang
kakanda!” Dengan cepat Dewi Drupadi menggenggam lengan
Dewi Drupadi mengajaknya untuk berdiri seraya berkata, “Semoga engkau diberkahi, dan suamimu tidak mempunyai musuh”.
Dengan hati lega Subadra mengucapkan terima
kasih. Semenjak itu mereka hidup bersama dengan bahagia. Perkawinan mereka
antara Arjuna dengan Subdra pada akhirnya menurunkan seorang putra yang diberi
nama Abimanyu.
*) Selain Subadra istri-istri Arjuna
yang lainnnya adalah Dewi Ulupi yang melahirkan ‘Bambang Irawan’, Dewi Larasati
yang melahirkan ‘Sumitra’, Dewi Wara Srikandi (tidak berputra), Dewi Jimambang
yang melahirkan ‘Kumaladewa’ dan ‘Kumalasakti’, Dewi Dresahala yang melahirkan
‘Wisanggeni’, Dewi Wilutama yang melahirkan ‘Wilugangga’, dan Dewi Muhara yang
melahirkan ‘Dewi Pregiwa’ dan ‘Dewi Pregiwati’.
—KSP 42—
Rabu, 19 Februari
2020 – 07. 49 WIB
R E F E R E N S I :
Sri Guritno – Purnomo Soimun HP,
KARAKTER TOKOH PEWAYANGAN MAHABHARATA
Proyek Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat dan Tradisi dan Kepercayaan
Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembanga Budaya
Badan Pengembangan Budaya dan Pariwisata
Jakarta 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar