Selasa, 25 Februari 2020

ARJUNA DALAM EPOS MAHABHARATA 3 By Sri Guritno - Soimun HP

Blog Sita : "Sastra Nusantara"
Rabu, 26 Febuari 2020 - 07.18 WIB

 
Sayembara di Negeri Pancala 

F.  ARJUNA MENGHUKUM DIRI
Sita Rosita
Diceritakan setelah beberapa lama para Pandhawa berada di negara Pancala beritanya tersebar sampai ke negara Astina. Hal ini telah membuat Duryudana semakin panas hatinya. Di benaknya terpikir bahwa setelah Pandhawa menjadi menantu Prabu Drupada, pada akhirnya akan memujudkan persatuan yang kokoh antara bangsa Yudawa sehingga dapat memperkokoh Pandhawa. Oleh sebab itu, sebelum persatuan itu dapat terwujud, Duryudana semakin giat berupaya membinasakan para Pandhawa. Ketika itu Karna mengusulkan agar para Pandhawa diajak berperang, tetapi ditolak ditolak mentah-mentah oleh sesepuh Astina, seperti Bisma, Drona dan Widura. Bahkan mereka menasehati Drestarastra agar separuh negara Astina diberikan kepada para Pandhawa. Sang Drestarastra dapat menerima tersebut sehingga para Pandhawa dipanggil ke Astina dan diberi wilayah di padang Kani Dawaprasta.

Setelah padang tersebut dibuka akhirnya menjadi sebuah negara yang dipimpin oleh Yudhistira, yaitu negara Indraprasta. Hari demi hari negara tersebut menjadi semakin besar dan makmur. Para Pandhawa dan rakyatnya hidup tentram tanpa kekurangan suatu apapun. Apalagi setelah perkawinan antara Pandhawa dengan Dewi Drupadi telah dikaruniai lima orang putra, di antaranya; Dewi Drupadi dengan Yudhistira melahirkan seorang putra bernama Srutakarna, Dewi Drupadi dengan Bima melahirkan seorang putra bernama Srutasena, Dewi Drupadi dengan Arjuna melahirkan seorang putra bernama Pratiwindya, Dewi Drupadi dengan Nakula melahirkan seorang putra bernama Satanika, sedangkan Dewi Drupadi dengan Sadewa melahirkan seorang putra bernama Prasani.

Pada suatu hari ada seorang Brahmana menghadap Arjuna. Sang Brahmana meaporkan bahwa semua ternaknya telah hilang dicuri orang. Oleh karena itu, brahmana tersebut memohon jaminan keamanan di tempat kediamannya.

Mendapat laporan seperti itu, Arjuna merasa malu dan ingin segera menangkap pencurunya. Untuk itu ia mengambil senjata yang tersimpan di dalam kamar. Ketika Arjuna masuk ke kamarnya, tanpa disengaja ia telah melihat Dewi Drupadi sedang duduk-duduk bersama Yudhistira sehingga pikirannya menjadi bingung. Apakah ia akan menepati kewajibannya sebagai seorang kesatria atau tidak. Jika harus menepati maka ia harus menggangu saudaranya yang sedang duduk bersama Dewi Drupadi untuk mengambil senjatanya, dengan konsekwensi harus hidup di hutan selama sepuluh tahun. Namun sebagai seorang kesatria, ia merasa malu jika tidak dapat menjamin ketentraman negaranya.

Akhirnya Arjuna memutuskan untuk lebih memberatkan kedudukannya sebagai seorang kesatria. Oleh karena itu, Arjuna pun segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil senjatanya, lalu ke luar mencari pencuri hewan itu. Tak lama kemudian pencuri  itu dapat ditangkapnya dan diperintahkan untuk mengembalikan hewan hasil curiannya itu kepada sang brahmana.

Setelah selesai menjalankan tugasnya sebagai seorang kesatria, Arjuna lalu menghadap Yudhistira, ia menceritakan tentang semua hal ihwalnya ketika masuk kamar. Namun demikian, Arjuna tetap merasa telah mendengar janji yang telah disepakati oleh para Pandhawa. Oleh karena itu, Arjuna lalu memohon izin kepada Yudhistira telah memberi ampun karena perbuatan yang telah dilakukan adiknya itu dipaksa oleh keadaan, akan tetapi Arjuna tetap memegang teguh pada janjinya, ia tetap berangkat hidup di hutan.

Konon kepergian Arjuna ke hutan dengan menyeberangi banyak danau dan sungai, menembus hutan belantara, dan akhirnya sampailah ia di mata air sungai Gangga. Di sini, Arjuna memutuskan untuk mendirikan gubuk. Setelah gubuk selesai dibuat, Arjuna mandi di sungai Gangga. Ketika sedang mandi, tiba-yiba kakinya seperti merasa ada yang menariknya sampai jauh ke dasar sungai. Lalu Arjun pun berkata,

“Siapakah engkau, aku ini berada di mana?”  tanya Arjuna.

“Nama saya Dewi Ulupi, putri raja Naga, paduka berada di istana Kaurwa. Hamba ini masih perawan dan jatuh cinta kepada paduka, karena itu sudilah kiranya paduka memperistri hamba!” jawab Dewi Ulupi.

“Ketahuilah Ulupi! Aku sudah bersumpah untuk hidup sebagai brahmacari, tidak kawin selama dua belas tahun. Aku akan memenuhi permintaanmu, tetapi katakanlah kepadaku, bagaimana agar permintaanmu itu dapat aku penuhi tetapi tidak melanggar sumpahku?” tanya Arjuna menjawab keinginan Dewi Ulupi.

“Janji paduka untuk wadat itu kan hanya kepada Dewi Drupadi. Jadi sumpah paduka tidak akan tuan langgar jika berkasih-kasihan kepada hamba. Tolongah hamba atau hamba akan membunuh diri!”  jawab Dewi Ulupi setengah memaksa Arjuna.

Sambil tetap memikirkan darma dalam hatinya, Arjuna memenuhi keinginan Dewi Ulupi. Malam itu Arjuna pun menghabiskan waktunya di istana Kaurwa, dan pada keesokan harinya Arjuna mendapat hadiah dari Dewi Ulupi berupa jimat yang menyebabkan dirinya dapat mengalahkan makhluk lautan.

Selanjutnya, Arjuna pun kembali melanjuttkan petualangannya di hutan. Setelah beberapa hari melakukan perjalanan, sampailah ia di kerajaan Manipura yang letaknya berada di bukit Himalaya. Di sini Arjuna kawin denganCitranggada dan tinggal di kerajaan tersebut selama kurang lebih tiga tahun. Ketika Citranggada melahirkan seorang putra, Arjuna memeluknya dengan lemah lembut, lalu melanjutkan pengembaraannya kembali.

Alkisah Arjuna sampai di pesisir laut selatan, sebuah kawasan yang tidak  berpenghuni. Tempat itu amatlah sunyi, maka timbul keinginan Arjuna untuk mencari tahu. Diperoleh informasi bahwa tempat tersebut memang sangat angker, dan barang siapa yang berani mandi di danau yang berada di kawasan tersebut akan disantap oleh lima ekor buaya raksasa.

Mendengar berita tersebuat membuat Arjuna menjadi penasaran ingin membuktikan kebenaran berita tersebut dan ia pun segera menceburkan dirinya ke danau tersebut. tak berapa lama ia menceburkan ke danau itu, tiba-tiba seekor buaya besar menyambarnya. Dan terjadilah pertempuran antara Arjuna dengan buaya raksasa. Makhluk tersebut dapat diseret oleh Arjuna sampai ke tepian danau yang tiba-tiba buaya raksasa itu berubah menjadi seorang gadis cantik rupawan yang berhiaskan permata kedewaan. Gadis itu mendekati Arjuna lalu berkata,

“Ketahuilah paduka! Hamba adalah Yaga, seorang bidadari yang dicintai oleh Kuwera, dewa kekayaan. Oleh karena hamba dan keempat saudara hamba menggoda seorang brahmana, maka kami dihukum di danau ini selama seratus tahun. Atas hukuman itu, kami memohon ampunan, dan akhirnya diberi ampunan, kami akan menjadi buaya sampai seorang yang berbudi luhur menyeret kami ke daratan. Demikian penuturan dari Yaga dengan harapan Arjuna mau membebaskan Yaga dan keempat saudaranya.

Akhirnya Arjuna pun membebaskan Yaga dan keempat saudaranya. Setelah itu Arjuna kembali ke Manipura menjenguk anak dan istrinya untuk terakhir kalinya.nya

G.   ARJUNA MEMPERISTRI DEWI SUBDRA

Selama Arjuna hidu di dalam hutan, ia pernah mengunjungi raja Dwaraka Prabu Bathara Kresna. Kedatangan Arjuna diterima dengan penuh kegembiraan. Kebetulan pada waktu itu di gunung Raiwataka sedang diadakan keramaian besar. Banyak pembesar yang datang berkunjung. Kresna yang saat itu juga akan berkunjung ke sana mengajak Arjuna bersama-sama dengan Baladewa dan Subadra. Waktu itulah Arjuna bertemu dengan Subadra yang cantik jelita untuk pertama kalinya sehingga merasa tertarik.

Kresna dapat mengetahui isi hati Arjuna terhadap adiknya Subadra. Oleh karena itu, Kresna menerangkan kepada Arjuna bahwa untuk menentukan jodoh Subadra akan dipilih seorang ksatria yang sakti dan gagah berani.

Mendengar sabda Bhatara Kresna, Arjuna sangat bersukacita. Ia lalu mengutarakan isi hatinya dan atas persetujuan Kresna, Arjuna berencana melarikan Subadra. Ketika bangsa Yudawa pulang dari Raiwataka dengan mengendarai kereta, Arjuna melaksanakan rencananya itu. Kereta yang dinaiki Subadra dilarikan kencang-kencang sehingga pengiringnya berteriak-teriak bahwa Subadra dilarikan orang.

Bangsa Yudawa, terutama Baladewa menjadi sangat marah dan akan mengejar kereta yang dilarikan oleh Arjuna itu. Kresna, yang telah mengenal betul watak kakaknya Baladewa segera menentramkan hati kakaknya itu,

“Wahai kanda Baladewa yang hamba hormati! Bangsa Yudawa memang tidak akan tinggal diam melihat anak atau saudara perempuannya diperlakukan seperti binatang atau budak belian. Idam-idamannya adalah bisa mendapatkan jodoh yang berwatak kesatria. Idam-idaman kita pun demikian adanya. Caranya dapat dilakukan dengan cara mengadakan sayembara. Namun setiap kita ingin menyelenggarakan sayembara selalu tertunda. Baru saat inilah Arjuna mengingatkannya. Jika Arjuna bukan seorang kesatria utama, sangat mustahil ia berani melarikan Subadra”. Demikian tutur Arjuna kepada kakaknya Baladewa. Sejenak kemudian Arjuna melanjutkan kata-katanya,
“Ketahuilah Kanda!  Umumnya wanita utama, harus dibeli dengan keberanian berperang dengan segala resikonya. Ibaratnya ‘membedah kota memboyong putri’. Maka dari itu jika Kakanda akan mengejar Arjuna, pada akhirnya akan menimbulkan peperangan dan karena pengaruh darah muda, kesudahannya dinda akan kehilangan saudara. Semoga Kanda masih ingat! Bukankah dinda Bratajaya Subadra itu sebenarnya juga telah dijodohkan dengan Arjuna. Karena itu sebaiknya Arjuna kita panggil kembali, kemudian kita kawinkan dengan Subadra”.

Mendengar penuturan Kresna, kemarahan Baladewa menjadi reda. Ia lalu menuruti kehendak Kresna. Selanjutnya, Arjuna segera dipanggil kembali dan dikawinkan dengan Subadra. *) Setelah berlangsungnya perkawinan tersebut, Arjuna tinggal di Dwaraka, ibukota bangsa Yudawa. Selama kurang lebih satu tahu ia menikmati kesenangan dalam hidup perkawinannya, dan menghabiskan tahun-tahun pembuangannya di Pusakara. Kemudian Arjuna kembali ke Indraprasta. Mula-mula ia bersujud di kaki Yudhistira, kemudian memberikan penghormatan kepada para brahmana, dan selanjutnya menjumpai Drupadi yang menerimanya dengan sukacita seraya berseloroh,

“Aku kira kamu lebih menyukai berdampingan dengan Subadra. Orang mengatakan bahwa tongkat yang kedua itu menggeser kedudukan tongkat pertama di dalam berkas”. Sapa Drupadi.

Arjuna menenangkan hati Dewi Drupadi dan memohon pengampunannya. Sementara itu Subadra bersujud di kaki Dewi Kunthi lalu kepada Dewi Drupadi. Ketika Subadra bersujud di kaki Dewi Drupadi, Subdra berkata,

“Hambalah dayang kakanda!”  Dengan cepat Dewi Drupadi menggenggam lengan Dewi Drupadi mengajaknya untuk berdiri seraya berkata, “Semoga engkau diberkahi, dan suamimu tidak mempunyai musuh”.

Dengan hati lega Subadra mengucapkan terima kasih. Semenjak itu mereka hidup bersama dengan bahagia. Perkawinan mereka antara Arjuna dengan Subdra pada akhirnya menurunkan seorang putra yang diberi nama Abimanyu.


 
*) Selain Subadra istri-istri Arjuna yang lainnnya adalah Dewi Ulupi yang melahirkan ‘Bambang Irawan’, Dewi Larasati yang melahirkan ‘Sumitra’, Dewi Wara Srikandi (tidak berputra), Dewi Jimambang yang melahirkan ‘Kumaladewa’ dan ‘Kumalasakti’, Dewi Dresahala yang melahirkan ‘Wisanggeni’, Dewi Wilutama yang melahirkan ‘Wilugangga’, dan Dewi Muhara yang melahirkan ‘Dewi Pregiwa’ dan ‘Dewi Pregiwati’.

—KSP 42—
Rabu, 19 Februari 2020 – 07. 49 WIB
R E F E R E N S I :
Sri Guritno – Purnomo Soimun HP,
KARAKTER TOKOH PEWAYANGAN MAHABHARATA
Proyek Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat dan Tradisi dan Kepercayaan
Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembanga Budaya
Badan Pengembangan Budaya dan Pariwisata
Jakarta 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar