Blog Sita : Sastra Nusantara
Senin, 30 Mei 2016 - 18:49 WIB
Mataku jadi jelalatan lihat arah ngidul ngalor
Dari kejauhan sayup terdengar musik dangdut
Senin, 30 Mei 2016 - 18:49 WIB
Orsng Gila Misterius |
MISTERI ORANG GILA DI EMPER
TOKO INDOMARET SPN LIDO
TOKO INDOMARET SPN LIDO
Karya: Slamet Priyadi
Orang gila nan tua renta itu, bertubuh kurus dan kumal
Berwajah lusuh,
dipenuhi peluh, kotor dan berdaki tebal
Ia berambut
gimbal dilekati debu-debu yang menggumpal
Berbaring di emper toko Indomaret beralas kardus tebal
Di pinggiran jalan raya Ciawi-Sukabumi yang baru
diaspal
Sejak pagi hingga sore, orang gila itu tak beranjak pergi
Dari tempatnya berbaring di emper toko yang ramai kali
Tiada satu pun orang yang berkenan perduli dan empati
Dengan orangtua
gila itu, yang nampaknya hampir mati
Semua terbelenggu dengan temali kerja kesibukan diri
Sementara jalan raya Ciawi-Sukabumi tak mau toleransi
Ratusan jenis kendaraan pating sliweran tiadalah henti
Kemacetan
berbagai kendaraan, semakin menjadi-jadi
Nyaring suara mesin dan klakson meraung silih berganti
Membuat bising, bikin pusing tujuh keliling, gemas
hati
Namun aku tetaplah seberangi jalan penuh kendaraan
Nyelusup di celah kendaraan yang nyaris tiada berjalan
Hampiri orang gila itu yang masih berbaring di emperan
Lalu kusapa orang gila itu penuh rasa empati perhatian
Tetapi dia tetaplah diam membisu tak mau beri jawaban
Aku pun bertanya lagi
nampak matanya nanar jelalatan
Kepalanya tengok kiri dan kanan baru timbul kesadaran
Sepertinya heran masih ada orang yang mau perhatikan
Kepada dirinya
orang gila yang tiada punya masa depan
Padahal sejak pagi tadi dia sudah berbaring tungkulan
Beberapa saat kemudian, dia pun duduklah senderan
Tetap diam, cuma
matanya menatap kosong ke depan
Tak peduli dengan ramai macet suara bising kendaraan
Meski pun hatiku serasa bergidik jantung berdebaran
Aku beranikan duduk di sisinya dan menyapa perlahan
“Bapak sedari
pagi tetap di sini, apakah sudah makan?”
Orang gila renta itu,
masih diam tiada berikan jawaban
Dia cuma mengeleng-gelengkan kepalanya perlahan-lahan
Lalu, aku ambil
nasi rames di tas yang belum ku
makan
Yang aku beli di restotan dan kepadanya aku tawarkan,
“Bapak, ini ada
sebungkus nasi rames, silahkan dimakan!”
Orang gila renta itu tetap diam,
kepalanya digelengkan
Tapi akhirnya
dia menjawabnya dengan suara perlahan,
“Nak, terimakasih
ya, atas perhatian dan segala kebaikan
Terus terang saja
nak, bapak ini sudah tak butuh makan!”
Mendengar jawaban seperti itu, aku benar-benar heran
Aku pun ajukan lagi pertanyaan, “Oya... begitukah, pak?”
“Jika demikian,
baiklah! Ini saya ada sedikit uang recehan,
mungkin...
ini lebih bermanfaat untuk bapak
kemudian!”
Lalu aku ambil di dompet selembar uang lima puluh
ribuan
Di saat
aku menyodorkan uang itu ke
tangan kanannya
Ada rasa empati yang membuatku semakinlah merasa iba
Tanganku seperti menyentuh tulang yang tak ada
kulitnya
Tapi lagi-lagi aku heran, tak habis pikir dan
bertanya-tanya?
Orang gila renta itu tolak uang pemberianku seraya
berkata,
“Nak, sekali lagi
terimakasih bapak sudah tak butuh
apa-apa
Berikan saja uang
itu untuk keluarga di rumah, bapak berdoa
Semoga anak dan
keluarga mendapat rizqi dari Allah Ta’ala.”
“Jika begitu
baik, saya mohon maaf, pak! mungkin sikap saya
Tadi kurang
sopan, dan telah membuat bapak
merasa-rasa!”
Setelah berkata demikian, aku pun segeralah melangkah
pergi
Tetapi, baru
lima langkah tinggalkan tempat orang
gila tadi
Salah seorang yang lihat aku bicara jadi merasa heran
sekali
Menghampiriku
bertanya serius kepadaku penuh teka-teki
Karena menurutnya, aku bicara ngobrol sendirian saja tadi,
“Maaf, pak! Tadi bapak sepertinya bicara ngobrol
sendirian
Dengan siapa bapak berbicara tadi padahal tak
ada kawan?”
Mendengar pertanyaan demikian, aku jadi terheran-heran
Lalu Aku menoleh ke belakang melihat tempat perbincangan
Dan di sana, memang nampak
tak ada siapa-siapa kelihatan
Aku jadi tak habis pikir, terheran-heran, dan
bertanya-tanya
Sebenarnya dengan siapakah dan kemanakah orang tua
renta
Dia gaib, hilang lenyap begitu
saja dan pergi entah ke mana?
Dan orang yang bertanya kepadaku pun geleng-geleng
kepala
Sebab aku bicara
sendiri kesana kemari layaknya orang gila
Hening sejenak merenung diri pikir apa yang baru saja
terjadi
Menerawang lewat
sukma kembara jawabnya pun aku temui
Sepertinya cuma
aku saja yang lihat orang tua gila itu
di sini
Dan, aku pun
jadi merasa geli, tertawa sendiri di dalam
hati
Sebab menyadari, ternyata orang tua gila itu ialah aku
sendiri
Begitu peristiwa aneh pengalaman misteri yang kualami
sendiri
Dengan orang tua gila misterius yang masih misteri hingga
kini
Di emper toko Indomaret SPN Lido jalan raya
Ciawi-Sukabumi
Dan nyatanya, memang banyak tersebar orang-orang gila
di sini
Menyebar di sepanjang jalan ini, Jalan Raya Ciawi – Sukabumi
Bumi Pangarakan,
Bogor
Minggu, 08 Mei
2016 – 18:31 WIB
“SAAT KONDANGAN DI RAWA BOKOR”
Karya
: Ki Slamet 42
Pada
hari Sabtu setelah sholat subuh tadi
Aku
segera berkemas lepas peci putih haji
Aku
buka almari kayu jati cepat mengganti
Baju
koko yang baru saja aku pakai mengaji
Baca Al-Quran
jelang subuh pagi hari tadi
Dengan
celana biru berkemeja putih berdasi
Bersama
teman aku pun pergi ke Rawa Bokor
Naik motor
kondangan di rumah Mat Kelor
Sahabat
karib bandar telor dari Rawa Bokor
Dasar
sial di tengah jalan ban motorku bocor
Motor pun berhenti di jalan becek dan kotor
Aku telpon Mat Kelor tetapi dia masih molor
Motor pun berhenti di jalan becek dan kotor
Aku telpon Mat Kelor tetapi dia masih molor
Mataku jadi jelalatan lihat arah ngidul ngalor
Sampai
tak terasa celanaku ngedadak kendor
Temanku
tertawa cekikikan melucu bebodor
Sebab
anu di celana dalamku nampak nyosor
Maka
segera kencangkan ikat pinggang kolor
Yang
mulai nampak kelihatan ada noda kotor
Sementara
itu belumlah ada orang yang lewat
Di
jalan tengah sawah tempat motorku galat
Maka
kutelpon lagi Mat Kelor rada mencelat
Barulah
dia menjawabnya dengan cepat sebat
Tak
berapa lama lalu datanglah dia mendekat
Berdua
dengan temannya yang berkumis lebat
Dari kejauhan sayup terdengar musik dangdut
Irama musiknya bagai sihir, hati jadi
berdenyut
Mengajakku bergoyang rasanya celenat-celenut
Kami berempat pun naik motor sedikit ngebut
Motorku yang kempes larinya jadi
gluyat-glayut
Hingga perutku mules keluarkan angin ngentut
Setibanya di lokasi resepsi kami langsung
cicipi
Makan nasi hidang sampai perut kenyang terisi
Aku suruh teman-teman berjoget aku menyanyi
Lagu kesukaanku Tak Berdaya rasa puas sekali
Karena player orgen tungganya mahir
mengiringi
Hingga aku menyanyi sampai berulang-ulang
kali
Puas bernyanyi, player stop iringi aku
bernyanyi
Dan kusawer player seratus ribu rupiah kuberi
Lalu kembali ke tempat semula duduk di kursi
Sebelah kiri temanku yang sedang asyik
nikmati
Segelas minuman jus jeruk rasa penuh ekspresi
Sambil tatap penyanyi yang berpenampilan
seksi
Tak kunyana tiba-tiba, dia bangkit
menghampiri
Sang penyanyi cantik seksi yang bernama
Melati
Sementara aku terpana dengan ulah yang berani
Dari sobatku tanpa unggah-ungguh dan perduli
Pada masyarakat daerah Rawa Bokor yang Islami
Ini terbukti dari banyak hadir para haji dan
kiyai
Waspadai sikap teman yang makin tak terkendali
Maka segera kuhampiri Mat Kelor untuk permisi
Dan aku pun segera datangi teman ajak dia
pergi
Untuk kembali ke rumah dengan naik mobil
taksi
Sedang motor aku titip pada Mat Kelor dan
janji
Besok pagi aku akan datang mengambilnya
sendiri
Bumi
Pangarakan, Bogor
Sabtu,
07 Mei 2016 – 22:51 WIB
“KELUARGA DEMOKRATIS NAN HARMONIS”
Karya
: Ki Slamet 42
Di
dalam keluarga yang demokratis nan harmonis
Utamakan prinsip kebebasan berjalan demokratis
Orang tua bertanggung jawab
dan konsistensis
Melihatlah anak sebagai
pribadi yang personalitis
Seutuhnya dan bersikap elastis tidak otoriteristis
Maka geliat rumah tangga berjalan penuh dinamis
Kepada anak orang tua
selalu welas asih memberi
Satu kesempatan
tuk berkembang secara mandiri
Dalam ambil
keputusan agar mampulah berkreasi
Mampulah menunjukkan segala potensi dalam diri
Lewat kebebasan dalam memilih pekerjaan sendiri
Hingga termotivasi tuk berkreasi dan berekspresi
Adalah ciri-ciri keluarga yang demokratis tertera
Orang tua apresiatif
pada pribadi anak seutuhnya
Orang tua, berupaya kembangkan kepribadiannya
Menganggap anak sebagai pribadi yang miliki daya
Miliki kemampuan
untuk mengembangkan dirinya
Beri kesempatan anak untuk buka atma pikirnya
Kebebasan anak hanya untuk kebaikan bersama
Artinya, kebebasan
yang diberikan ada batasnya
Dibatasi rammbu-rambu sosial
dan syariat agama
Yang harus dilakoni oleh
anak dengan
semestinya
Sikap tanggung jawab dan kesadaran mengemuka
Kental dengan nuansa kebersamaan dalam bineka
Kental dengan nuansa kebersamaan dalam bineka
Dengan begitu keluarga yang demokratis, mereka
Keluarga yang mampulah membangkitkan suasana
Penuh dengan hal-hal positif penuh pula dinamika
Menggeliat dalam
harmonisasi ditaburi benih cinta
Saling tolong kerja
sama antara anggota keluarga
Saling bantu dalam lingkungan masyrakat sosialnya
Bumi
Pangarakan, Bogor
Jumat,
06 Mei 2016 – 10:24 WIB
“GELIAT JIWA DALAM KATA”
Karya
: Ki Slamet 42
Ketika
pergelangan kaki kananku terkilr
Karena
terperosok lalu jatuh tergelincir
Di
selokan kecil yang kotor tiada berair
Aku
berupaya bangkit duduk di pinggir
Urut
pijit pergelangan kaki yang terkilir
Setelah
kurasa sakit di kaki menyingkir
Kuteruskan
langkah susuri bukit wukir
Melewati
jalan setapak becek berlendir
Sebab
hujan rinai mulai turun melansir
Basahi
rambutku yang kusut tak disisir
Sementara
hembus angin bertiup semilir
Rintik-rintik
air hujan mulai deras ngalir
Basahi
daun-daun yang kelawar-keliwir
Segarkan
segala tumbuhan bukit Wukir
Hanyut-sirnakan
segala kekusutan pikir
Maka
disaat raga mulai lelah ketar-ketir
Aku
pun henti berjalan untuk berpakir
Duduklah
aku di sebatang kayu berukir
Bertuliskan
kata-kata bijak hijau kenikir
Seperti
ajak aku gunakan akal dan pikir
“Sifat
congkak itu bagai darah mengalir
Yang
kotori jiwa dan amat berbau anyir
Sukar
dilenyapkan karena kuat pelintir
Tapi
bersihnya jiwa harus tetap berkelir
Lebihlah
kuat dari sikap dumeh pandir”
Bumi Pangarakan, Bogor
Kamis, 05 Mei 2016 – 16:16 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar