Blog Sita : Sastra Nusantara
Minggu, 19 Juni 2016 - 09:32 WIB
Kelelawar risih berbalut lapar yang terus diredam
rasa lapar terus saja semakin kuat mencengkeram
Minggu, 19 Juni 2016 - 09:32 WIB
“KISAH MANUSIA PERTAMA ADAM DAN HAWA”
Karya
: Ki Slamet 42
Terkisahlah
Nabi Adam dan istrinya Siti Hawa
Diturunkan
Tuhan ke dunia dari Swargaloka
Sebab
konsumsi buah khuldi yang sebelumnya
Tuhan
telah peringati agar tidak memakannya
Tetapi
mereka berdua tetap saja melanggarnya
Adam
dan Hawa tergoda rayuan Iblis durjana
Yang
tak menyadari itu suatu jerat mencelaka
Agar
mereka tak bisa hidup kekal dalam sorga
Kehidupan
penuh kenikmatan kekal selamanya
Sebab
itu, Iblis, Adam, Hawa terima akibatnya
Maka,
mereka diturunkan Tuhan ke bumi loka
Kembara
di alam fana hidup penuhlah sengsara
Konon
kisah Adam diturunkan di tanah Hindia
Sedang
Siti Hawa diturunkan di jazirah Arabia
Iblis
jadi penggoda manusia agar berbuat dosa
Di
bumi, Adam terus berkelana cari Siti
Hawa
Siti
Hawa, cari Adam tak kenal lelah putus asa
Berbagai
macam rintangan, derita, mara bahaya
Mereka hadapi
dengan penuh ketabahan jiwa
Hingga
Tuhan mempertemukan mereka berdua
Kononlah
kisah di Padang Arafah Adam Hawa
Dipertemukan
lagi oleh Tuhan Maha Pencipta
Setelah
empat puluh tahun lamanya tak jumpa
Nampak
Adam dan Hawa saling bertatap mata
Lalu
saling lepas rindu, dunia jadi milik mereka
Mereka
pun tinggal menetap di dalam gua-gua
Di
sekitar daerah padang Arafahlah tempatnya
Berbekal
ilmu, alam sekitar pun mereka kelola
Mengolah
lahan berburu hewan di hutan rimba
Miliki
anak Qabil dan Iqlima, Habil dan Labuda
Referensi:
Bahrun Rahimsyah, "Memetik Hikmah Dari
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
Referensi:
Bahrun Rahimsyah, "Memetik Hikmah Dari
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul
Bumi
Pangarakan, Bogor
Minggu, 19 Juni 2016 –
03:36 WIB
“KETIKA DIGELUT PIKIRAN KALUT”
Karya
: Ki Slamet 42
Segala
masalah yang merunut saling berpaut
Di sudut dalam kepalaku masih tersangkut
Belumlah
bisa kucabut meski gunakan catut
Bergerigi
strategi tinggi yang kuambil juput
Dari referensi psikologi acu negeri bersalut
Tetapi
malah kian lebar menyebar semerawut
Atma
pikiranku terasa semakin carut marut
Ketika datang masalah baru yang menuntut
Agar
hasil kerja bagus jangan nampak butut
Karena
tuntutan profesi yang harus diturut
Tak
usah basa-basi berdalih kata berbuntut
Hanya
karena untuk menutupi segala kalut
Problem
ekonomi keluarga yang makin susut
Yang
juga mesti diatasi dengan secara patut
Tambah
pikiranku makin digeluti rasa kalut
Membuat
jiwa dan ragaku rasakan semaput
Seketika
muncul putus asa coba menggerut
Mengajakku
melakukan perbuatan pengecut
Ketika
pikiran kalut itu masih saja menggelut
Sementara
solusi tak ada lagi bisa kurenggut
Yang
membuat jiwa dan ragaku rasa semaput
Ada
cahaya asa menerangi hatiku yang kalut
Mengajakku
tengadah ke Zat Maha Absolut
Penguasa
seluruh alam tempat segala berpaut
Bumi Pangarakan, Bogor
Sabtu, 18 Juni 2016 – 08:19 WIB
KEPAK
SANG KELELAWAR LAPAR
Karya: Ki Slamet 42
Karya: Ki Slamet 42
Dan aku pun gempitakan malam nan sunyi kelam
Lewat kidung geliat jiwa bagjaan yang tenggelam
Sendu nan mendayu digendong sang bayu malam
Berhembus garang hingga kelewar pun jadi geram
Karena tiada lagi buah-buah ranum bisa digayam
Lewat kidung geliat jiwa bagjaan yang tenggelam
Sendu nan mendayu digendong sang bayu malam
Berhembus garang hingga kelewar pun jadi geram
Karena tiada lagi buah-buah ranum bisa digayam
Kelelawar risih berbalut lapar yang terus diredam
rasa lapar terus saja semakin kuat mencengkeram
Sementara atmaku
menggerayang di perut malam
Mencari solusi
yang belum teratasi berputar siam
Menggelinding di
jalan nan terjal berkerikil tajam
Maka segala
keinginan yang masih saja terpendam
Di dasar lubuk
jiwa nan hitam kelam paling dalam
Tiada tersembul
ke permukaan cahayanya padam
Tersiram
tirta suci perwitasari sirna rasa geram
Munculkan
ketenangan meskipun cita-cita karam
Kelelawar yang
masih dibalut lapar bersayap hitam
Terus saja
terbang berputar-putar tiada mau diam
Di antara
pepohonan yang daunnya mulai bersenam
Bagaikan jari
jemari nan lembut sang puteri malam
Berlenggak-lenggok
gemulai jerat kuat kaum Adam
Dan sang atma
ajak kakiku berjalan kembara di alam
Yang tiada
berdimensi cuma berupa hamparan hitam
Hingga kurasakan
nyeri di kaki wajahku merah padam
Menahan lelah yang
berkepanjangan di malam kelam
Bangunkan
sadarkan aku dari mimpi di waktu malam
Halim Perdanakusuma
Kamis, 16 Juni 2016 – 09:20 WIB
“BE VERSI SOSOK
SRIKANDI”
Karya : Ki Slamet 42
Ada cerita tentang tokoh wayang Srikandi
Piturut wiracarita Mahabharata dari Hindi
Wanita nan pemberani berperilaku laki-laki
Bersuka wanita nan juga berperangai banci
Nikahi seorang puteri yang tahunya ia lelaki
Ketika sang putri tahu siapakah sang suami
Dia berang bukan kepalang Srikandi dimaki
Betapa amat malu
dan terhinanya Srikandi
Ia keluar dari kamar berlari ingin bunuh diri
Putus asa hati sakit rasa tiadakan terobati
Dalam duka nestapa dan sakit tiada terperi
Beruntung ada seorang lelaki yang baik hati
Mau menikah dengan Srikandi sepenuh hati
Dan mereka berdua sepakat bersuami isteri
Meski bertukar kelamin harus mereka jalani
Tapi piturut versi wiracarita wayang Jawani
Dia, Srikandi betul asli seorang puteri sejati
Puteri dari
Prabu Drupada dan Gandawati
Yang konon tercipta dari api puja dan puji
Saat lahir
telah genggam busur panah sakti
Dalam perjalanan waktu
puteri Pancala ini
Tumbuh menjadi gadis lincah kenes geregeti
Ketika ia belajar manah sang guru jatuh hati
Begitulah jua Srikandi cinta mereka bersemi
Gurunya sang Arjuna sunting jadikan ia istri
Maka Srikandi
diboyong Arjuna sang suami
Ke Ksatriaan Madukara tinggallah sami-sami
Isteri Arjuna lainnya Sumbadra dan Larasati
Kemampuan memanah yang begitu mumpuni
Buatlah ia
dipercaya jadi Ksatriaan sekuriti
Di perang Bharatayuda Srikandi jadi Senopati
Ia berhasil bunuh Bhisma dengan panah sakti
Meski semua itu atas kemauan Bhisma sendiri
Sebab di wajah Srikandi muncul Amba Dewi
Wanita yang tewas dibunuh sang Bhisma Resi
Tapi Srikandi
pun bernasib tragis tewas mati
Dibunuh Aswatama putera terkasih sang Resi
Yang menyelinap ke kemah Srikandi malam hari
Selepas kecamuknya perang Bharatayuda usai
Yang membuat berang dan dendam sang suami
Bumi
Pangarakan, Bogor
Minggu, 12 Juni
2016 – 09:33 WIB
“DUSTA SANG PUNTADEWA“
Karya : Ki Slamet 42
Adalah dikenal dalam cerita wayang sosok Puntadewa
Titisan Dewa Darma
lebih dikenal bernama Yudhistira
Anak tertua dari Pandu Dewanata dan Kuntinalibrata
Bersaudara empat
Bima Arjuna Nakula
dan Sadewa
Bersifat penyabar
bersih jujur tiada pernah berdusta
Puntadewa tak pernah berprasangka dan selalu percaya
Manusia miliki hati baik yang terpancar dari
perangainya
Oleh karenanya ia mudah ditipu ketika sang Duryudana
Anak tertua Destrarata menantang judi dia meladeninya
Meskipun judi itu bertaruh harta negara bahkan
istrinya
Dalam perjudian yang penuh tipu muslihat keji Sangkuni
Puntadewa terus alami kekalahan tapi semakin lupa diri
Padahal istri dan keempat saudaranya berulang nasehati
Akan tetapi
Puntadewa sama sekali tak maulah perduli
Dan ia teruslah kalah
tak pernah menang dalam berjudi
Maka satu persatu semua harta yang dimilikinya amblas
Bahkan terakhir
sang istri tercinta Drupadi pun
lepas
Sungguhlah malang sungguh ia betapalah bernasib naas
Drupadi dipermalui ditelanjangi
Dursasana yang ganas
Di muka di mata banyak orang yang menatapnya waswas
Puntadewa dan keempat adiknya cuma menatap selayang
Sang Bima si pemberang tiba-tiba saja melompatlah
garang
Saksikan sendiri Drupadi diperlakukan sewenang-wenang
Puntadewa pun redam amarah Bima yang alang kepalang
Bima bersumpah hirup darah Dursasana di medan perang
Puntadewa pun
menerima saja kekalahan dengan
legawa
Sesuai kesepakatan taruhan judi yang dimainkan bersama
Antara Puntadewa Pandawalima dan Duryudana Kurawa
Meski permainan judi itu hanya muslihat penuh tipu
daya
Puntadewa
ikhlas serahkan segala harta yang
dimilikinya
Puntadewa bersama-sama keluarga dan empat saudaranya
Yang tiada lagi berpunya mengembara
di rimba belantara
Selama dua belas tahun mereka jalani dipenuhi suka
duka
Di sepanjang hidupnya Puntadewa tiada pernah berdusta
Tapi dua kali terpedaya karena judi dan terbujuk Kresna
Suatu ketika di saat berlangsungnya perang Bharatayuda
Pandawa melawan Kurawa yang dipanglimai sang
Dorna
Yang pada waktu itu mendengar berita bahwa Aswatama
Putera terkasih telah gugur perlaya di medan Kuru
setra
Bertanyalah ia kepada Puntadewa yang tak pernah dusta
Betara Kresna si ahli siasat perang membujuk Puntadewa
Agar mau menjawab iya
karena memang demikialah fakta
Tapi yang dimaksud gugur bukan Aswatama anak Dorna
Melainkan gajah
bernama Aswatama yang dibunuh Bima
Sebab kelemahan Dorna
ada pada puteranya Aswatama
Mendengar benar puteranya tewas dari orang dipercaya
Hilanglah seketika semangat berperang Begawan Dorna
Ia pun terjatuh lunglai duduk di atas kereta perangnya
Maka sirna
digdaya tewaslah ia dibunuh Drestajumena
Panglima perang Pandawa yang cepat melepas panahnya
Konon cerita sekali itu saja sang Puntadewa Yudhistira
Rasa bersalah dusta
itu pun atas saran dari Sri Kresna
Jika tak melakukan itu
pasukannya yang tiada berdaya
Akan semakin lemah dan kalah dibasmi begawan Dorna
Dengan panahnya yang banyak bunuh prajurit Pandawa
Bumi
Pangarakan, Bogor
Selasa, 07 Juni
2016 – 06:15 WIB
Konon cerita sekali itu saja sang Puntadewa Yudhistira
BalasHapusRasa bersalah dusta itu pun atas saran dari Sri Kresna
Jika tak melakukan itu pasukannya yang tiada berdaya
Akan semakin lemah dan kalah dibasmi begawan Dorna
Dengan panahnya yang banyak bunuh prajurit Pandawa