Sita Blog - Sastra Nusantara
Jumat, 13 Juli 2018 - 16:20 WIB
Jumat, 13 Juli 2018 - 16:20 WIB
Buku Kakawin Nagarakertagama Empu Prapanca |
1. NAGARAKERTAGAMA:
Sebuah Sejarah Nusantara
Perjalanan sejarah Indonesia berjalan begitu
runtut dari abad ke abad. Perjalanan sejarah yang tercatat dengan baik dimulai
dari awal milenium pertama. Kita bisa menyaksikan perhubungan bangsa di
Nusantara dengan bangsa-bangsa lain sudah terjalin dengan akrab dan intens.
Sesungguhnya bangsa yang mendiami Kepulauan Nusantara adalah suatu bangsa yang
silih berganti datang ke Nusantara dan melakukan perhubungan dengan
bangsa-bangsa lain di sekitar Kepulauan Nusantara. Pada awalnya bangsa Indonesia mendapat
gelombang migrasi dari Yunnan, Cina bagian selatan. Bangsa yang datang dari
Cina Selatan ini kemudian berakulturasi dan saling bertukar budaya dengan para
penduduk lokal yang telah mendiami Kepulauan Nusantara adalah yang saling
berbagi dan saling bertukar untuk kehidupan yang toleran, harmonis dan
sejahtera.
Sejarah bangsa Indonesia semakin berkembang
cepat setelah mereka belajar sistem tulisan dari bangsa India. Bangsa India
menyebut dirinya bangsa Bharata. Karena letak India atau Bharata di sebelah
barat Nusantara maka maka bangsa Indonesia menyebut arah mata angin dari
kedatangan bangsa India atau Bharata dengan istilah “Barat”. Dalam kisah
Ramayana pun letak wilayah Indonesia telah dikenal dan dilukiskan oleh bangsa
India. Perhubungan India – Indonesia yang telah berlangsung paling tidak 500
tahun sebelum masehi membawa jejak dan peninggalan sejarah, budaya dan sistem
sosial yang terus berkembang sampai saat ini.
Kalau kita melihat perkembangan sejarah Indonesia
setelah digunakan aksara dalam pencatatan kebudayaan dan kehidupan, maka akan
terlihat bahwa perkembangan sistem kehidupan bangsa Indonesia berjalan dengan
semakin cepat dan semakin baik. Tulisan-tulisan prasasti yang mulai dituliskan
pada yupa-yupa di Kerajaan Kutai membawa babak baru digunakannya aksara sebagai
sarana untuk mewariskan dan melanjutkan tradisi yang berjalan dari waktu ke
waktu. Kerajaan Kutai yang mendapat pengaruh dari Sulawesi Tengah dan Selatan
barangkali pada masa kemudian berpindah ke Bali, ke Jawa Timur, dan ke Jawa
Tengah. Temuan-tamuan prasasti di masa ini memperlihatkan kesejajaran sejarah
di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali yaitu sekitar abad VII. Sedangkan
pusat-pusat kekuasaan yang ada di Jawa Barat masih berlangsung dalam
bayang-bayang kekuasaan yang ada di Sumatera dari Kerajaan Jambi dan Sriwijaya.
Dengan demikian kita bisa membayangkan bahwa kekuasaan yang ada di bumi
Nusantara berkembang di Sumatera , Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara. Pusat kekuasaan itu lama kelamaan menjadi kuat dan terpusat di
Sriwijaya, Mataram Kuno dan berikutnya Majapahit. Barangkali pusat kekuasaan
yang ada di Kalimantan dan Sulawesi bergeser membentuk Kerajaan Kalingga,
sedangkan pusat kekuasaan di Sumatera dan Jawa Barat terwakili oleh Jambi,
Sriwijay, dan Tarumanegara. Pertemuan antara Kerajaan dari Sumatera dan Jawa
Barat dan dari Kalingga membentuk Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram yang merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Kalingga dan kelanjutan dari Tarumanegara membentuk suatu pusat
kekuasaan yang nantinya dapat berlangsung lebih dari 200 tahun. Kerajaan
Mataram Kuno atau Mataram Hindu tercatat secara rinci dengan raja-raja yang
berkuasa yaitu RatuSanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak,
Rakai Layang dan Dyah Wawa. Rangkaian raja dan keluarga raja yang berkuasa dari
tahun 717 masehi sampai dengan kurang lebih tahun 929 masehi di wilayah Jawa
Tengah membentuk inti kekuasaan Nusantara di masa-masa berikuttnya. Di India
ada tujuh sungai suci yaitu Gangga, Yamuna, Saraswati, Sindu, Wipasa, Kausiki,
dan Sarayu. Ketujuh sungai suci di India itu dapat diperbandingkan dengan tujuh
sungai yang ada dipusat wilayah kekuasaan Mataram Kuno, yaitu yaitu Sungai Elo,
Sungai Progo, Sungai yang tak nampak dari Gunung Tidar, Sungai Bengawan Solo,
Sungai Opak, Sungai Bogowonto, dan sungai Serayu. Tujuh sungai suci di India
yang dibumikan dan diwujudkan di wilayah Jawa Tengah ini menunjukkan daerah ini
merupakan wilayah yang sangat penting dan sakral yang bisa disejajarkan, bisa
disamakan dan bisa dihubungkan dengan sumber sungai-sungai suci di India.
Perkembangan kerajaan Mataram yang berpusat di Jawa Tengah kemudian
bersinggungan dengan pusat kekuasaan yang ada di Jawa Timur dan Bali. Perpaduan
kekuasaan dapat kita lihat jejaknya misalnya pada Kerajaan Kahuripan, Kerajaan
Kediri, Kerajaan Panjalu kemudian Kerajaan Singasari. Dari rangkaian panjang
kekuasaan itu kita bisa melihat bahwa kekuasaan yang bermuara di Kerajaan
Majapahit pada hakekatnya adalah perpaduan dan sinergi dari berbagai kerajaan
yang ada pada waktu itu, dan juga dapat ditarik sumber dan awal kekuasaan juga
berasal dari Mataram Kuno dan berbagai kerajaan-kerajaan yang lain yang ada dan
berkembang pada saat itu.
P u s a t a k a :
Empu Prapanca,
“Kakawin Nagaraketagama”
Teks dan terjemahan:
Damaika Saktiani, dkk
Penerbit :
NARASI Yogyakarta 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar